Iran sindir usulan AS untuk perdamaian Israel-Palestina
6 September 2019 16:47 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (kiri) memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (6/9/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp/pri
Jakarta (ANTARA) - Iran menyindir usulan terbaru AS untuk mendamaikan Israel dan Palestina, yang disebutnya sebagai solusi “real estate”.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan usulan perdamaian yang ditawarkan oleh AS melalui proyek pengembangan ekonomi hingga infrastruktur yang mayoritas akan mengalir ke Palestina, akan gagal karena Palestina lebih besar dari sekadar sesuatu yang bisa diperjualbelikan.
“Palestina adalah aspirasi nasional, Palestina adalah kiblat pertama di dunia Muslim. Ini bukan bagian dari real estate, tidak dapat dibeli atau dijual,” kata Zarif usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Iran akan istirahatkan program nuklir jika JCPOA kembali dipatuhi
Baca juga: Palestina sebut rancangan kesepakatan damai AS sebagai pemecah
Presiden AS Donald Trump, Juni lalu, telah mengajukan proposal kontroversial yang disebut Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century).
Proposal ekonomi yang ditawarkan AS berisi soal paket kebijakan bernilai sekitar 50-60 miliar dolar AS yang mayoritas akan mengalir ke Palestina dan sisanya ke negara-negara yang berbatasan langsung, seperti Mesir, Lebanon dan Jordania.
Dana itu akan digunakan untuk berbagai proyek pengembangan ekonomi hingga infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik, dan pariwisata. Wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza yang kini terpencar, bakal dijembatani. Satu juta lapangan kerja juga akan dibuka.
Baca juga: Pemimpin Liga Arab cela keputusan AS hentikan bantuan buat UNRWA
Meski terdengar menggiurkan, Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza tidak menerima tawaran yang dianggap sebagai konspirasi Trump dan Israel untuk "membeli Palestina" dan membuat mereka tunduk pada berbagai negosiasi politik yang pasti jadi buntutnya.
“Aspirasi jutaan rakyat Palestina yang telah tinggal di luar tanah air mereka selama bertahun-tahun tidak dapat dihancurkan begitu saja oleh jalan setapak, dan tidak dapat dimusnahkan melalui kesepakatan bisnis,” tutur Zarif.
Karena itu, alih-alih menyambut baik usulan perdamaian AS untuk Israel-Palestina, Iran menyeru pentingnya pemenuhan hak rakyat Palestina untuk merdeka dengan Jerusalem sebagai ibu kota negara masa depannya.
Baca juga: PLO kutuk kunjungan pejabat AS, Israel ke Jerusalem
“Ini adalah posisi bersama yang selalu dimiliki Iran dan Indonesia, dan kami tetap pada posisi itu di dalam Organisasi Kerja Sama Islam, dalam Gerakan Non-Blok dan di PBB dimana kami memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Indonesia,” tutur Zarif.
Sependapat dengan Menlu Iran, Menlu RI Retno Marsudi menyatakan bahwa isu Palestina terus menjadi perhatian dunia.
“Indonesia secara konsisten menekankan bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya solusi jika kita ingin melihat perdamaian yang lestari,” ujar dia.
Baca juga: Dubes tegaskan masyarakat Palestina hanya inginkan kemerdekaan politik
Dalam pertemuan dengan Menlu Iran, Menlu Retno juga menegaskan kembali harapan Indonesia untuk kawasan Timur Tengah yang damai, stabil, dan sejahtera.
Karena itu, Indonesia mengharapkan semua pihak ikut berkontribusi dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.
“Indonesia meyakini bahwa tidak akan ada perdamaian dunia jika tidak ada perdamaian di Timur Tengah,” tutur Retno.
Baca juga: Menlu Retno singgung isu Palestina dalam pertemuan ASEAN-AS
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan usulan perdamaian yang ditawarkan oleh AS melalui proyek pengembangan ekonomi hingga infrastruktur yang mayoritas akan mengalir ke Palestina, akan gagal karena Palestina lebih besar dari sekadar sesuatu yang bisa diperjualbelikan.
“Palestina adalah aspirasi nasional, Palestina adalah kiblat pertama di dunia Muslim. Ini bukan bagian dari real estate, tidak dapat dibeli atau dijual,” kata Zarif usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Iran akan istirahatkan program nuklir jika JCPOA kembali dipatuhi
Baca juga: Palestina sebut rancangan kesepakatan damai AS sebagai pemecah
Presiden AS Donald Trump, Juni lalu, telah mengajukan proposal kontroversial yang disebut Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century).
Proposal ekonomi yang ditawarkan AS berisi soal paket kebijakan bernilai sekitar 50-60 miliar dolar AS yang mayoritas akan mengalir ke Palestina dan sisanya ke negara-negara yang berbatasan langsung, seperti Mesir, Lebanon dan Jordania.
Dana itu akan digunakan untuk berbagai proyek pengembangan ekonomi hingga infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik, dan pariwisata. Wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza yang kini terpencar, bakal dijembatani. Satu juta lapangan kerja juga akan dibuka.
Baca juga: Pemimpin Liga Arab cela keputusan AS hentikan bantuan buat UNRWA
Meski terdengar menggiurkan, Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza tidak menerima tawaran yang dianggap sebagai konspirasi Trump dan Israel untuk "membeli Palestina" dan membuat mereka tunduk pada berbagai negosiasi politik yang pasti jadi buntutnya.
“Aspirasi jutaan rakyat Palestina yang telah tinggal di luar tanah air mereka selama bertahun-tahun tidak dapat dihancurkan begitu saja oleh jalan setapak, dan tidak dapat dimusnahkan melalui kesepakatan bisnis,” tutur Zarif.
Karena itu, alih-alih menyambut baik usulan perdamaian AS untuk Israel-Palestina, Iran menyeru pentingnya pemenuhan hak rakyat Palestina untuk merdeka dengan Jerusalem sebagai ibu kota negara masa depannya.
Baca juga: PLO kutuk kunjungan pejabat AS, Israel ke Jerusalem
“Ini adalah posisi bersama yang selalu dimiliki Iran dan Indonesia, dan kami tetap pada posisi itu di dalam Organisasi Kerja Sama Islam, dalam Gerakan Non-Blok dan di PBB dimana kami memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Indonesia,” tutur Zarif.
Sependapat dengan Menlu Iran, Menlu RI Retno Marsudi menyatakan bahwa isu Palestina terus menjadi perhatian dunia.
“Indonesia secara konsisten menekankan bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya solusi jika kita ingin melihat perdamaian yang lestari,” ujar dia.
Baca juga: Dubes tegaskan masyarakat Palestina hanya inginkan kemerdekaan politik
Dalam pertemuan dengan Menlu Iran, Menlu Retno juga menegaskan kembali harapan Indonesia untuk kawasan Timur Tengah yang damai, stabil, dan sejahtera.
Karena itu, Indonesia mengharapkan semua pihak ikut berkontribusi dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.
“Indonesia meyakini bahwa tidak akan ada perdamaian dunia jika tidak ada perdamaian di Timur Tengah,” tutur Retno.
Baca juga: Menlu Retno singgung isu Palestina dalam pertemuan ASEAN-AS
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: