Tokyo, Jepang (ANTARA) - Untuk memastikan pengunjung tetap sejuk dalam suhu terik yang diperkirakan terjadi selama Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo tahun depan, penyelenggara akan mengerahkan mesin untuk menaburi penonton dengan salju buatan.

Salju buatan adalah strategi terbaru yang dipertimbangkan guna melawan kelembaban tinggi dan suhu musim panas yang biasanya melebihi 30 derajat Celcius (86° F) selama Juli dan Agustus, ketika Olimpiade dijadwalkan berlangsung di ibukota Jepang itu.

Sebuah mesin pembuat salju akan diujicobakan dalam uji event cabang kano pada 13 September di Tokyo, kata juru bicara komite penyelenggara pertandingan.

"Kami berencana memproduksi dua ton salju selama uji coba," tambah juru bicara itu tanpa menyebut biaya yang dikeluarkan untuk ini.

Pada1964, ketika Tokyo terakhir kali menjadi tuan rumah Olimpiade, perhelatan olahraga ini dibuka pada Oktober. Sejak 1976, sebagian besar pertandingan musim panas di belahan bumi utara diadakan di tengah musim panas agar sesuai dengan siaran olahraga dan jadwal olahraga global.

Baca juga: Kurangi kepadatan saat Olimpiade, Tokyo naikkan tarif jalan tol

Baca juga: Mobil-mobil khusus Toyota untuk Olimpiade Tokyo 2020


Penyelenggara Tokyo telah mencoba langkah-langkah baru, seperti semprotan uap, tempat istirahat teduh atau ber-AC, dan distribusi kemasan air dan es, pada uji event voli pantai pada Juli.

Petugas mengukur suhu bola lampu basah (WBGT), yang menjadi faktor dalam suhu, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi matahari, naik setinggi 31,7, melebihi ambang batas 31 sehingga pemerintah Tokyo mendesak warganya untuk tidak berolahraga.

Guna menghindari bagian terpanas hari itu, maraton akan dimulai pukul 6 pagi, dengan jalan-jalan utama di sebagian besar rute 26 mil (42 km) yang permukannya dilapisi bahan berbasis resin yang disebut panitia agar bisa memantulkan sinar inframerah sehingga memangkas suhu sampai sebanyak 8 derajat Celcius.

Bulan lalu, kekhawatiran terhadap panas mendorong Uni Triatlon Internasional memperpendek jarak segmen lari dalam babak kualifikasi di Tokyo dari 24 Juli sampai 9 Agustus .

Beberapa hari sebelumnya, sejumlah atlet yang berlaga pada Kejuaraan Dunia Dayung 2019 dirawat karena sengatan panas, kata media seperti dikutip Reuters,.

Baca juga: Cuaca panas diduga penyebab pekerja proyek Olimpiade tewas