Jakarta (ANTARA) - Dewan Pers mengingatkan jurnalis agar berhati-hati dalam menulis berita tentang Papua dan memastikan informasi serta sumber yang terpercaya untuk membangun rasa percaya masyarakat di wilayah paling timur Indonesia itu.

"Nilai kepercayaan sangat mahal ini harus dibangun bersama. Teman-teman mohon dibantu memberikan narasi yang sepadan, kalau tidak tahu jangan dilebihkan. Saya tidak melarang menulis sesuai fakta," ujar Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Agung Dharmajaya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Dewan Pers dalami oknum jurnalis diduga lakukan provokasi di Papua

Baca juga: Dewan Pers bentuk satgas antikekerasan terhadap jurnalis


Apabila memperoleh informasi yang belum terkonfirmasi, ia menegaskan pentingnya tidak terburu-buru menyiarkan informasi itu.

"Agak prihatin kalau teman-teman mengutip sesuatu atau situasi tidak melihat lalu tidak diberikan status belum terkonfirmasi atau sumber darimana," ucap Agung.

Kepercayaan masyarakat terhadap jurnalis mahal harganya, kata dia, sehingga harus dijaga dengan memegang kode etik selama menjalankan tugas peliputan.

Sementara Dewan Pers akan melakukan investigasi terkait video hasil suntingan dua oknum jurnalis televisi yang dinilai meresahkan masyarakat karena berisi ujaran kebencian dan propaganda.

Oknum jurnalis yang diduga menyebarkan propaganda itu menyebabkan jurnalis lain di daerah tersebut menjadi kesulitan menjalankan tugas karena kehilangan kepercayaan warga.

Selain mendalami hal tersebut, Dewan Pers juga akan memeriksa dugaan adanya jurnalis yang mengalami kekerasan atau persekusi saat menjalankan tugas di Papua.

"Identifikasi korban apakah ada korban wartawan di sana, apakah ada keluarga, bagaimana evakuasinya. Ini konflik atau tidak," ujar dia.

Baca juga: Dewan Pers sesalkan perusakan Kantor ANTARA di Jayapura