Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan kontribusi dalam pengelolaan produksi minyak dan gas nasional, yang
​​​​​​pada semester pertama 2019, BUMN migas ini tercatat mengelola setidaknya 40 persen dari total produksi migas nasional.

Di dalam negeri, Pertamina saat ini memproduksi minyak bumi sebesar 314 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau sekitar 41,16 persen dari total produksi nasional, berdasarkan data yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Sementara itu, produksi gas bumi Pertamina mencapai 2.591 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau sekitar 43,82 persen dari total produksi nasional. Dari lapangan di luar negeri, sebesar 99 ribu BOPD minyak dan 261 MMSCFD gas diproduksi Pertamina.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu pada acara Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) Ke-43 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, mengatakan, bisnis hulu Pertamina yang saat ini ditopang oleh anak usaha, yakni PEP, PEPC, PHE, PHI, dan PIEP akan terus meningkatkan produksi minyak dan gas bumi agar dapat lebih banyak lagi memberikan kontribusi bagi negara.

"Sebagai perusahaan migas terintegrasi, Pertamina mengemban misi utama sebagai powerhouse untuk menjamin keamanan dan pasokan energi nasional. Peningkatan produksi minyak dan gas Pertamina tentunya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan energi nasional," katanya.

Menurut Dharmawan, untuk meningkatkan kontribusi dalam produksi migas nasional, Pertamina akan terus berupaya beradaptasi dengan perubahan dan tantangan global dengan menerapkan tiga pilar strategi bisnis hulu migas.

Pilar pertama adalah managing base, yaitu mengelola produksi migas pada aset domestik yang ada.

Menurutnya, sebanyak 49,25 persen lapangan tersebut telah beroperasi lebih dari 50 tahun dan masih berproduksi hingga kini.

Lapangan existing yang sudah mature tersebut bersifat die-hard dan dikelola oleh insan Pertamina yang die-hard pula.

Lapangan itu pun masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi Pertamina sekaligus bagi negara, baik langsung maupun melalui kontribusi pajak.

"Melalui strategi ini, Pertamina hendak memastikan bahwa semangat, perhatian terhadap detail, tekad, ketekunan, dan kegigihan merupakan kunci keberhasilan dalam mengoperasikan lapangan tersebut," tegasnya.

Pilar kedua, tambah Dharmawan, Pertamina akan melakukan stepping out atau melangkah keluar untuk menemukan lapangan baru, dengan cara nonorganik melalui merger and Acquisitions dan new exploration frontiers.

Menurut Dharmawan, penemuan eksplorasi oleh PHE Nunukan pada tahun 2017 dengan potensi satu triliun kaki kubik gas (TCF) dan sekitar 80 juta minyak (MMBO) diikuti oleh upaya konsisten untuk mencari peluang baru.

Pada tahun 2019, Pertamina kembali mendapat kepercayaan pemerintah untuk mengeksplorasi Blok Maratua yang berdekatan dengan penemuan baru di Blok Nunukan.

"Di bawah kontrak kerja sama Jambi Merang, komitmen pasti eksplorasi Pertamina sebesar 240 juta dolar AS merupakan tonggak penting yang terbesar dalam sejarah. Tahun ini, survei seismik 2D sepanjang 32.000 km akan dilakukan untuk menggali potensi eksplorasi tersembunyi dari ujung barat hingga timur Indonesia," imbuhnya.

Pilar ketiga, Pertamina memulai energy transitions (transisi energi), yaitu bertransisi ke energi terbarukan dalam rangka mendukung penuh cita-cita Pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan energi nasional tahun 2025 dan 2050, sebagaimana tertuang dalam RUEN (Rencana Umum Energi Nasional).

"Kontribusi kami dalam hal ini adalah melalui pengembangan energi panas bumi dengan menggandakan target peningkatan kapasitas pada tahun 2025," pungkasnya.

Baca juga: Pertamina lakukan pemboran 5 sumur eksplorasi pada semester I 2019
Baca juga: Pertamina catat laba bersih 660 juta dolar AS
Baca juga: Tahan penurunan produksi, Pertamina gelar delapan proyek pengurasan