Dirut Petrokomia Gresik akui temui politikus Golkar Bowo Sidik
4 September 2019 17:30 WIB
Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK menghadirkan 6 orang saksi untuk terdakwa Politikus Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (4/9). (Desca Lidya Natalia)
Jakarta (ANTARA) - Direktur utama PT Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi mengaku pernah menemui anggota DPR Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso di satu restoran.
"Saat makan siang di Penang Bistro itu ada staf Danareksa Sekuritas, saya dan terdakwa, lalu saya tanyakan apa yang kita bicarakan di situ? Disampaikan teman saya tidak ada pembicaran spesifik karena Saibul Solihin dari Danareksa adalah teman lama saya, di sana sudah ada Pak Solihin dan jajaran dan terdakwa," kata Rahmad di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
Rahmad bersaksi untuk terdakwa Bowo Sidik Pangarso yang didakwa menerima suap senilai 163.733 dolar AS dan Rp611.022.932 serta gratifikasi sejumlah 700 ribu dolar Singapura dan Rp600 juta terkait dengan jabatanannya sebagai anggota Komisi VI dan anggota badan anggaran (banggar) DPR.
Pertemuan itu terjadi pada 31 Oktober 2017. Dalam dakwaan disebutkan bahwa General Manager Komersial PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) Asty Winasty bertemu dengan Bowo Sidik dan pemilik PT Tiga Macan yaitu Steven Wang pada 31 Oktober 2017.
Asty Winasty meminta bantuan Bowo agar mengupayakan PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dapat menggunakan kapal MT Griya Borneo yang dikelola PT HTK untuk mengangkut amoniak, sedangkan kapal milik PT PILOG yaitu kapal MT Pupuk Indonesia akan dicarikan pasarnya oleh Asty. Atas permintaan tersebut Bowo bersedia membantu.
PT HTK pada 2017 punya kontrak kerja sama dengan cucu perusahaan BUMN PT Petrokimia Gresik yaitu PT Kopindo Cipta Sejahtera (KCS) untuk pengangkutan amoniak dalam jangka waktu 5 tahun periode 2013-2018, namun pada 2015 kontrak kerja sama itu diputus dan pengangkutan amoniak dialihkan ke PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG), anak perusahaan BUMN PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Saya memang pernah ikut pencalegan pada 2014 di Golkar, saat itu saya baru pulang dari studi luar. Nama calon legislatif banyak dan setelah diumumkan hasil pemilu saya mengundurkan diri dari partai Golkar, dan menghentikan seluruh kegiatan politik praktis," ungkap Rahmad.
Menurut Rahmad tidak ada pembicaraan spesifik soal kontrak kapal dalam pertemuan di Penang Bistro.
"Tidak ada spesifik dibicarakan, memang kami duduk satu meja, yang jelas kiri kanan saya bukan terdakwa tapi ada beberapa orang," tambah Rahmad.
Rahmad juga mengaku sudah pernah bertemu Asty Winasti sejak 2016 saat menjabat sebagai Direktur SDM Petrokimia Gresik.
"Pertemuan saya di Januari 2016 beberapa hari setelah saya dilantik sebagai Direktur SDM, saya bertemu dengan Pak Theo (komisaris PT HTK) di Gresik, ketemunya cuma sebentar dan seingat saya ada beberapa orang lain ikut salaman. Setelah saya coba ingat-ingat Pak Theo didampingi beberapa staf," ungkap Rahmad.
Dalam pertemuan 2016 itu, Rahmad mengaku hanya menerima ucapan selamat dari Theo dan Asty.
"Saya tidak mempersiapkan saat Pak Theo hadir dengan jajaran. Saya kaget ada apa di Petrokimia Gresik? dia jawab selamat ke saya dan mengatakan dulu pernah ada kontrak dengan Petrokimia tapi habis itu sudah," tambah Rahmad.
Rahmad pun mengaku tidak mengurusi pengangkutan amoniak untuk Petrokimia Gresik.
"Tiga bulan setelah saya menjadi dirut Petrokimia Gresik, banyak pengusaha datang silaturahim ada pengusaha nasional, BUMN, asing, dan lainnya, biasanya yang belum kenal sama sekali membawa brosur, tapi pada 2019 kami tidak perlu beli amoniak pihak luar karena pabrik baru kami sudah beroperasi soal pengangkutan juga saya tidak tahu karena kami tinggal menerima," jelas Rahmad.
"Saat makan siang di Penang Bistro itu ada staf Danareksa Sekuritas, saya dan terdakwa, lalu saya tanyakan apa yang kita bicarakan di situ? Disampaikan teman saya tidak ada pembicaran spesifik karena Saibul Solihin dari Danareksa adalah teman lama saya, di sana sudah ada Pak Solihin dan jajaran dan terdakwa," kata Rahmad di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
Rahmad bersaksi untuk terdakwa Bowo Sidik Pangarso yang didakwa menerima suap senilai 163.733 dolar AS dan Rp611.022.932 serta gratifikasi sejumlah 700 ribu dolar Singapura dan Rp600 juta terkait dengan jabatanannya sebagai anggota Komisi VI dan anggota badan anggaran (banggar) DPR.
Pertemuan itu terjadi pada 31 Oktober 2017. Dalam dakwaan disebutkan bahwa General Manager Komersial PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) Asty Winasty bertemu dengan Bowo Sidik dan pemilik PT Tiga Macan yaitu Steven Wang pada 31 Oktober 2017.
Asty Winasty meminta bantuan Bowo agar mengupayakan PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dapat menggunakan kapal MT Griya Borneo yang dikelola PT HTK untuk mengangkut amoniak, sedangkan kapal milik PT PILOG yaitu kapal MT Pupuk Indonesia akan dicarikan pasarnya oleh Asty. Atas permintaan tersebut Bowo bersedia membantu.
PT HTK pada 2017 punya kontrak kerja sama dengan cucu perusahaan BUMN PT Petrokimia Gresik yaitu PT Kopindo Cipta Sejahtera (KCS) untuk pengangkutan amoniak dalam jangka waktu 5 tahun periode 2013-2018, namun pada 2015 kontrak kerja sama itu diputus dan pengangkutan amoniak dialihkan ke PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG), anak perusahaan BUMN PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Saya memang pernah ikut pencalegan pada 2014 di Golkar, saat itu saya baru pulang dari studi luar. Nama calon legislatif banyak dan setelah diumumkan hasil pemilu saya mengundurkan diri dari partai Golkar, dan menghentikan seluruh kegiatan politik praktis," ungkap Rahmad.
Menurut Rahmad tidak ada pembicaraan spesifik soal kontrak kapal dalam pertemuan di Penang Bistro.
"Tidak ada spesifik dibicarakan, memang kami duduk satu meja, yang jelas kiri kanan saya bukan terdakwa tapi ada beberapa orang," tambah Rahmad.
Rahmad juga mengaku sudah pernah bertemu Asty Winasti sejak 2016 saat menjabat sebagai Direktur SDM Petrokimia Gresik.
"Pertemuan saya di Januari 2016 beberapa hari setelah saya dilantik sebagai Direktur SDM, saya bertemu dengan Pak Theo (komisaris PT HTK) di Gresik, ketemunya cuma sebentar dan seingat saya ada beberapa orang lain ikut salaman. Setelah saya coba ingat-ingat Pak Theo didampingi beberapa staf," ungkap Rahmad.
Dalam pertemuan 2016 itu, Rahmad mengaku hanya menerima ucapan selamat dari Theo dan Asty.
"Saya tidak mempersiapkan saat Pak Theo hadir dengan jajaran. Saya kaget ada apa di Petrokimia Gresik? dia jawab selamat ke saya dan mengatakan dulu pernah ada kontrak dengan Petrokimia tapi habis itu sudah," tambah Rahmad.
Rahmad pun mengaku tidak mengurusi pengangkutan amoniak untuk Petrokimia Gresik.
"Tiga bulan setelah saya menjadi dirut Petrokimia Gresik, banyak pengusaha datang silaturahim ada pengusaha nasional, BUMN, asing, dan lainnya, biasanya yang belum kenal sama sekali membawa brosur, tapi pada 2019 kami tidak perlu beli amoniak pihak luar karena pabrik baru kami sudah beroperasi soal pengangkutan juga saya tidak tahu karena kami tinggal menerima," jelas Rahmad.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019
Tags: