Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Sumber Daya Manusia Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Suratna mengatakan pihaknya membangun sarana manajemen talenta bagi perekayasa.

"Kami membangun sarananya yang terintegrasi dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN). Sarana itu dapat digunakan untuk rekrutmen, pemeliharaan dan pengembangan khususnya bagi perekayasa," ujar Suratna dalam diskusi di Jakarta, Selasa.

Saat ini jumlah SDM Iptek seperti peneliti, dosen, perekayasa, mencapai 4.972 yang tersebar di 25 kementerian dan lembaga. Khusus BPPT saja jumlah perekayasanya sebanyak 1.900 orang.

Baca juga: BPPT: BJ Habibie adalah sosok penggerak kemajuan teknologi Indonesia

"Data yang ada di BPPT, kami sinkronisasi dengan BKN. Hal ini dikarenakan BKN merupakan pengumpul data Aparatur Sipil Negara (ASN). "Jadi nanti antara satu lembaga dan lembaga lainnya saling bersinergi," ujarnya.

Para perekayasa tersebut juga terbagi dalam beberapa klaster tergantung keahliannya. Suratna menerangkan jika sewaktu-waktu pemerintah membutuhkan perekayasa dibidang maritim atau apapun, maka sudah ada datanya.

Saat ini, kata dia, sebanyak 91 persen pegawai BPPT merupakan pegawai fungsional seperti perekayasa. Hanya sembilan persen yang menjabat sebagai pegawai struktural.

"Pegawai fungsional harus benar-benar diperhatikan, karena bagian dari SDM Iptek, yang nantinya akan melahirkan sejumlah inovasi," tambahnya.

Baca juga: Wapres resmikan sistem navigasi keselamatan transportasi kapal BPPT

Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof Ainun Naim mengatakan perlu ada kompensasi yang menarik untuk peneliti agar tetap melakukan penelitian.

"Kompensasi untuk peneliti ini hendaknya mendekati dunia industri. Sehingga para peneliti ini tetap melakukan penelitian," lanjut Ainun.

Para perekayasa maupun peneliti itu harus dikelola dengan baik, karena berperan penting dalam menghasilkan inovasi.

Baca juga: BPPT: Manajemen talenta nasional ciptakan SDM dengan posisi strategis