Denpasar (ANTARA) - Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia, Ricky Joseph Pesik menyatakan mendukung visi Presiden RI Joko Widodo untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan "mainstreaming" ekonomi kreatif.

"Ada dua hal yang sejalan dengan visi Presiden Jokowi untuk periode kedua, yang pertama berkaitan dengan SDM unggul dengan mainstreaming ekonomi kreatif dan terciptanya kolaborasi yang lebih strategis di tingkat global yang orientasinya kepada penciptaan nilai ekonomi, yang bisa membawa para pelaku ekonomi kreatif kita bukan hanya jadi pemain nasional tetapi juga internasional," kata Ricky Joseph Pesik dalam kegiatan The Friends Of Creative Economy Meeting 2019 di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Wakil Kepala Bekraf mengatakan dengan mengoptimalkan SDM dalam penciptaan nilai ekonomi akan memberi kemanfaatan luar biasa dari sisi kreasi, dan distribusi kemampuan dalam mengakses pasar.

"Yang kedua juga seperti yang diinginkan Pak Jokowi pada periode kedua ini bahwa kami harus berkonsentrasi di tengah perubahan pasar global dan ada peluang besar bagi kita untuk meningkatkan ekspor," jelasnya.

Baca juga: Forum Bekraf rumuskan tindak lanjut implementasi "Bali Agenda"

Ricky menegaskan bahwa saat ini Bekraf ingin meningkatkan nilai kreatif produksi dan mempunyai nilai tambah lebih di tingkat internasional.

Menurutnya, pengarusutamaan ekonomi kreatif secara global apalagi jika sampai ditetapkan oleh PBB sebagai tahun kreatif ekonomi 2021, Indonesia bisa mengambil manfaat yang luar biasa dalam adopsi PBB nanti.

Di samping itu, sesuai yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Bekraf memiliki sasaran kontribusi Rp1.200 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Pada 2018 kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB kalau tidak salah baru mencapai Rp958 triliun, sekitar 7,57 persen dan memang nominal itu masih bisa ditingkatkan untuk saat ini," ucapnya.

Ricky menuturkan, bahwa bagian berikutnya yang ingin ditingkatkan di antaranya jumlah tenaga kerja yang masih rendah dengan peluang pertumbuhan, dan peluang yang besar adalah ekspor karena baru 20 miliar dolar AS untuk industri kreatif.

"Menurut saya ini kita masih di belakang India, Turki, dan ini ruang pertumbuhannya besar sekali, itu adalah melalui ekspor, negara dengan potensi ekspor besar masih China," jelas Ricky.

Kegiatan FCE 2019 ini turut menghadirkan sejumlah tokoh, termasuk yang berasal dari badan-badan PBB, antara lain Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) maupun Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).

Baca juga: Pengamat: SDM unggul berperan penting majukan sektor wisata