Kementan kembangkan teknologi pertanian berbasis IoT
2 September 2019 14:57 WIB
Robot tanam padi, salah satu teknologi pertanian berbasis IoT (Internet of Thing) yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Dokumentasi Balitbangtan)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sejak 2018 telah memulai riset dan perekayasaan terkait teknologi alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang berbasis IoT (Internet of Thing), Cyber-physical System, dan Management Information System.
Direktur Alsintan Kementan, Andi Nur Alam Syah melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin mengatakan, untuk mempercepat target produksi dan produktivitas pangan perlu modernisasi melalui penerapan Teknologi 4.0 di bidang pertanian.
"Kerangka Teknologi 4.0 di bidang pertanian dikemas dalam bentuk Mekanisasi 4.0 yang sekaligus menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 di segala bidang," katanya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Balitbangtan.
Beberapa hasil pengembangan Balitbangtan membangun pertanian 4.0 diantaranya drone penebar benih padi, robot tanam padi, autonomous tractor, dan mesin panen plus olah tanah yang terintegrasi.
"Keempat alsintan tersebut saat ini bisa menjadi solusi petani Indonesia dalam melakukan usaha tani modern, seperti yang tengah dicoba di BB Padi," katanya.
Baca juga: Kementan akan distribusikan secara gratis mesin jagung dan padi
Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Balitbangtan, Agung Prabowo, menyatakan mekanisasi 4.0 dalam waktu tidak lama lagi siap dikembangkan di tingkat petani.
Dia mencontohkan, drone penebar benih mampu menebar benih satu hektar lahan dalam waktu 1 jam dengan kapasitas 50 - 60 kg per hektar. Drone penebar benih tersebut mampu bekerja mandiri sesuai pola/alur yang sudah dibuat pada perangkat android dan dipandu oleh GPS.
Sementara itu, lanjutnya, robot tanam padi dapat difungsikan untuk menanam bibit padi di lahan sawah yang mampu berkomunikasi melalui Internet of Thing (IoT) melalui sarana GPS dan mampu bekerja mandiri.
Peralatan ini memiliki kecepatan kerja 2,0 km/jam dan kapasitas kerja 3 jam per hektare.
Sedangkan autonomous tractor merupakan traktor roda 4 tanpa awak yang dikendalikan oleh sistem navigasi berbasis IoT. Dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan menggunakan GPS.
Selanjutnya alsin panen padi terintegrasi dengan olah tanah mampu melakukan dua tahap pekerjaan (panen dan olah tanah) dalam satu proses operasional, yaitu proses memanen padi sekaligus olah tanah dengan rotari.
"Alsin ini mampu mempercepat dan mengurangi pekerjaan olah tanah, memutus siklus perkembangan OPT padi, dan mengkondisikan sanitasi lingkungan pasca panen yang baik," katanya.
Melalui implementasi Mekanisasi 4.0 di sektor pertanian, tambahnya, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisien guna menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, dan daya saing.
Baca juga: Alsintan, cara pemerintah kembangkan pertanian modern
Baca juga: Kementan pantau optimalisasi pemanfaatan alsintan di Sumsel
Direktur Alsintan Kementan, Andi Nur Alam Syah melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin mengatakan, untuk mempercepat target produksi dan produktivitas pangan perlu modernisasi melalui penerapan Teknologi 4.0 di bidang pertanian.
"Kerangka Teknologi 4.0 di bidang pertanian dikemas dalam bentuk Mekanisasi 4.0 yang sekaligus menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 di segala bidang," katanya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Balitbangtan.
Beberapa hasil pengembangan Balitbangtan membangun pertanian 4.0 diantaranya drone penebar benih padi, robot tanam padi, autonomous tractor, dan mesin panen plus olah tanah yang terintegrasi.
"Keempat alsintan tersebut saat ini bisa menjadi solusi petani Indonesia dalam melakukan usaha tani modern, seperti yang tengah dicoba di BB Padi," katanya.
Baca juga: Kementan akan distribusikan secara gratis mesin jagung dan padi
Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Balitbangtan, Agung Prabowo, menyatakan mekanisasi 4.0 dalam waktu tidak lama lagi siap dikembangkan di tingkat petani.
Dia mencontohkan, drone penebar benih mampu menebar benih satu hektar lahan dalam waktu 1 jam dengan kapasitas 50 - 60 kg per hektar. Drone penebar benih tersebut mampu bekerja mandiri sesuai pola/alur yang sudah dibuat pada perangkat android dan dipandu oleh GPS.
Sementara itu, lanjutnya, robot tanam padi dapat difungsikan untuk menanam bibit padi di lahan sawah yang mampu berkomunikasi melalui Internet of Thing (IoT) melalui sarana GPS dan mampu bekerja mandiri.
Peralatan ini memiliki kecepatan kerja 2,0 km/jam dan kapasitas kerja 3 jam per hektare.
Sedangkan autonomous tractor merupakan traktor roda 4 tanpa awak yang dikendalikan oleh sistem navigasi berbasis IoT. Dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan menggunakan GPS.
Selanjutnya alsin panen padi terintegrasi dengan olah tanah mampu melakukan dua tahap pekerjaan (panen dan olah tanah) dalam satu proses operasional, yaitu proses memanen padi sekaligus olah tanah dengan rotari.
"Alsin ini mampu mempercepat dan mengurangi pekerjaan olah tanah, memutus siklus perkembangan OPT padi, dan mengkondisikan sanitasi lingkungan pasca panen yang baik," katanya.
Melalui implementasi Mekanisasi 4.0 di sektor pertanian, tambahnya, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisien guna menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, dan daya saing.
Baca juga: Alsintan, cara pemerintah kembangkan pertanian modern
Baca juga: Kementan pantau optimalisasi pemanfaatan alsintan di Sumsel
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: