Cabe penyebab inflasi 0,36 persen di Sulsel
2 September 2019 14:13 WIB
Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah (kiri) didampingi Kepala Bidang Distribusi BPS Sulsel Akmal (kanan) menjelaskan inflasi Sulsel selama sebulan terakhir, di Makassar, Senin (2/9/2019). ANTARA FOTO/Muh Hasanuddin
Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan kenaikan beberapa komoditas pangan khususnya cabe menjadi pendorong inflasi 0,36 persen pada Agustus 2019.
"Terdapat 10 komoditas yang menjadi pendorong inflasi dan di peringkat pertama atau tertinggi adalah kebutuhan dapur," ujar Kepala BPS Sulawesi Selatan Yos Rusdiansyah di Makassar, Senin.
Ia mengatakan pada Agustus 2019 ini tingkat inflasi masih cukup moderat di angka 0,36 persen dan posisi Provinsi Sulawesi Selatan dari provinsi lainnya itu berada di tengah-tengah.
"Kelompok bahan makanan sangat tinggi memicu inflasi Sulsel pada September ini. Biasanya ini dipengaruhi banyak faktor, bisa cuaca dan bisa juga karena permintaan meningkat," katanya.
Baca juga: BPS: Inflasi Sulsel kembali normal setelah Lebaran
Baca juga: Penukaran uang pecahan kecil Rp1,8 triliun sehari
Yos menyebutkan kelompok bahan makanan menyumbang inflasi 0,177 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,95 persen; sandang 0,55 persen.
Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,21 persen; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,10 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,06 persen.
"Dari 10 kelompok pengeluaran, hanya satu kelompok yang deflasi yakni kesehatan sebesar -0,006 persen. Sedangkan sisanya itu mencatat inflasi," katanya.
Dengan inflasi 0,36 persen, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2019 Sulawesi Selatan tercatat sebesar 2,28 persen dan laju inflasi year on year (yoy) sebesar 2,84 persen.*
Baca juga: Peminat ikan bandeng tinggi jadi pemicu inflasi
Baca juga: BI Sulsel-TPID Makassar lakukan penetrasi harga pasar
"Terdapat 10 komoditas yang menjadi pendorong inflasi dan di peringkat pertama atau tertinggi adalah kebutuhan dapur," ujar Kepala BPS Sulawesi Selatan Yos Rusdiansyah di Makassar, Senin.
Ia mengatakan pada Agustus 2019 ini tingkat inflasi masih cukup moderat di angka 0,36 persen dan posisi Provinsi Sulawesi Selatan dari provinsi lainnya itu berada di tengah-tengah.
"Kelompok bahan makanan sangat tinggi memicu inflasi Sulsel pada September ini. Biasanya ini dipengaruhi banyak faktor, bisa cuaca dan bisa juga karena permintaan meningkat," katanya.
Baca juga: BPS: Inflasi Sulsel kembali normal setelah Lebaran
Baca juga: Penukaran uang pecahan kecil Rp1,8 triliun sehari
Yos menyebutkan kelompok bahan makanan menyumbang inflasi 0,177 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,95 persen; sandang 0,55 persen.
Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,21 persen; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,10 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,06 persen.
"Dari 10 kelompok pengeluaran, hanya satu kelompok yang deflasi yakni kesehatan sebesar -0,006 persen. Sedangkan sisanya itu mencatat inflasi," katanya.
Dengan inflasi 0,36 persen, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2019 Sulawesi Selatan tercatat sebesar 2,28 persen dan laju inflasi year on year (yoy) sebesar 2,84 persen.*
Baca juga: Peminat ikan bandeng tinggi jadi pemicu inflasi
Baca juga: BI Sulsel-TPID Makassar lakukan penetrasi harga pasar
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: