Laboratorium kultur jaringan di Pelalawan diresmikan Menristekdikti
1 September 2019 22:49 WIB
Menristekdikti M Nasir (tengah) didampingi Direktur RGE Anderson Tanoto (kiri) dan Gubernur Riau Syamsuar (kanan) meresmikan laboratorium kultur jaringan Kerinci Tissue Culture PT Riau Andalan Pulp and Paper, Minggu (1/9/2019). Laboratorium itu dibangun dengan nilai investasi sebesar 5 juta dolar AS di Kabupaten Pelalawan. ANTARA/HO-RAPP/aa.
Pekanbaru (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan laboratorium kultur jaringan Kerinci Tissue Culture PT Riau Andalan Pulp and Paper dengan nilai investasi sebesar 5 juta dolar AS di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Ahad.
Ia mengatakan kultur jaringan merupakan salah satu jenis riset pertanian yang terus berkembang. Keberadaan laboratorium kultur jaringan tersebut, lanjutnya, akan membantu para peneliti dalam mengembangkan produktivitas pertanian.
"Para peneliti menjadi aset yang sangat penting. Adanya mereka dapat meningkatkan produksi dengan luas lahan yang sama, inilah yang perlu dicapai lewat riset seperti kultur jaringan ini," katanya.
Di masa mendatang, katanya, riset merupakan sebuah tantangan dan harus terus didorong. Sebuah negara yang maju, menurut dia harus menguasai inovasi dan teknologi.
"Negara tidak akan mampu menguasai karena jumlah orangnya saja, tapi harus mengusai inovasi dan teknologi," katanya.
Gedung Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci atau Kerinci Tissue Culture (KTC) Laboratory, katanya, merupakan fasilitas produksi tanaman eukaliptus dengan teknologi kultur jaringan.
Teknologi kultur jaringan ini, katanya, dapat meningkatkan jumlah produksi bibit tanaman eukaliptus secara efektif dan efisien untuk penanaman skala besar karena dapat diproduksi bersamaan dalam waktu singkat.
Kultur jaringan sebagai bagian dari Departemen Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) Department RAPP (APRIL Group) fokus dalam melakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan bibit berkualitas unggul sebelum ditanam.
Departemen R&D saat ini didukung 125 peneliti yang meneliti dan menyeleksi klon atau benih terbaik guna menemukan bibit unggul dengan karakter yang cepat tumbuh, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki sifat kayu yang cocok dengan kebutuhan industri.
"Riset adalah tantangan kita masa depan dan perlu kita dorong. Dan laboratorium yang megah ini supaya bisa mendukung perusahaan lebih baik," katanya.
Direktur Operasional Support PT RAPP Ali Shabri mengatakan fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci yang baru ini akan memperbanyak bibit terbaik sehingga proses penanaman hingga pemanenan lebih efektif dan efisien.
RAPP berinvestasi hingga 5 juta dolar AS untuk pembangunan fasilitas KTC ini. Proses kegiatan produksi bibit eukaliptus yang diawali dengan pembuatan media yang digunakan untuk tahap multiplikasi, elongasi dan perakaran.
Dalam tahap multiplikasi para pekerja yang mayoritas perempuan memperbanyak tunas eukaliptus dilanjutkan dengan tahap elongasi hingga batang tunas tumbuh tinggi.
Pada tahap akhir, tanaman tersebut diinduksi untuk membentuk akar. Selanjutnya tanaman tersebut dipelihara di ruangan dengan suhu, kelembaban dan pencahayaan dikendalikan dengan baik agar tanaman dapat beradaptasi di ruangan terbuka.
“Seluruh ruangan dan pekerja yang berada di New KTC harus selalu dalam keadaan steril agar kualitas bibit eukaliptus yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan ini dapat terjaga,” katanya.
KTC memiliki fasilitas 16 "growth room" yang mampu memroduksi sebanyak 36 juta bibit eukaliptus per tahun, demikian Ali Shabri.
Baca juga: Dosen UMP gunakan teknologi kultur jaringan kembangkan kelapa kopyor
Baca juga: Peneliti Bengkulu kembangkan kultur jaringan anggrek pensil
Baca juga: KKP akan bangun laboratorium kultur jaringan di Lembata
Ia mengatakan kultur jaringan merupakan salah satu jenis riset pertanian yang terus berkembang. Keberadaan laboratorium kultur jaringan tersebut, lanjutnya, akan membantu para peneliti dalam mengembangkan produktivitas pertanian.
"Para peneliti menjadi aset yang sangat penting. Adanya mereka dapat meningkatkan produksi dengan luas lahan yang sama, inilah yang perlu dicapai lewat riset seperti kultur jaringan ini," katanya.
Di masa mendatang, katanya, riset merupakan sebuah tantangan dan harus terus didorong. Sebuah negara yang maju, menurut dia harus menguasai inovasi dan teknologi.
"Negara tidak akan mampu menguasai karena jumlah orangnya saja, tapi harus mengusai inovasi dan teknologi," katanya.
Gedung Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci atau Kerinci Tissue Culture (KTC) Laboratory, katanya, merupakan fasilitas produksi tanaman eukaliptus dengan teknologi kultur jaringan.
Teknologi kultur jaringan ini, katanya, dapat meningkatkan jumlah produksi bibit tanaman eukaliptus secara efektif dan efisien untuk penanaman skala besar karena dapat diproduksi bersamaan dalam waktu singkat.
Kultur jaringan sebagai bagian dari Departemen Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) Department RAPP (APRIL Group) fokus dalam melakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan bibit berkualitas unggul sebelum ditanam.
Departemen R&D saat ini didukung 125 peneliti yang meneliti dan menyeleksi klon atau benih terbaik guna menemukan bibit unggul dengan karakter yang cepat tumbuh, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki sifat kayu yang cocok dengan kebutuhan industri.
"Riset adalah tantangan kita masa depan dan perlu kita dorong. Dan laboratorium yang megah ini supaya bisa mendukung perusahaan lebih baik," katanya.
Direktur Operasional Support PT RAPP Ali Shabri mengatakan fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci yang baru ini akan memperbanyak bibit terbaik sehingga proses penanaman hingga pemanenan lebih efektif dan efisien.
RAPP berinvestasi hingga 5 juta dolar AS untuk pembangunan fasilitas KTC ini. Proses kegiatan produksi bibit eukaliptus yang diawali dengan pembuatan media yang digunakan untuk tahap multiplikasi, elongasi dan perakaran.
Dalam tahap multiplikasi para pekerja yang mayoritas perempuan memperbanyak tunas eukaliptus dilanjutkan dengan tahap elongasi hingga batang tunas tumbuh tinggi.
Pada tahap akhir, tanaman tersebut diinduksi untuk membentuk akar. Selanjutnya tanaman tersebut dipelihara di ruangan dengan suhu, kelembaban dan pencahayaan dikendalikan dengan baik agar tanaman dapat beradaptasi di ruangan terbuka.
“Seluruh ruangan dan pekerja yang berada di New KTC harus selalu dalam keadaan steril agar kualitas bibit eukaliptus yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan ini dapat terjaga,” katanya.
KTC memiliki fasilitas 16 "growth room" yang mampu memroduksi sebanyak 36 juta bibit eukaliptus per tahun, demikian Ali Shabri.
Baca juga: Dosen UMP gunakan teknologi kultur jaringan kembangkan kelapa kopyor
Baca juga: Peneliti Bengkulu kembangkan kultur jaringan anggrek pensil
Baca juga: KKP akan bangun laboratorium kultur jaringan di Lembata
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: