AP I: TP4 bantu pembangunan infrastruktur lebih cepat
1 September 2019 20:03 WIB
Suasana terminal keberangkatan internasional Bandara Baru Yogyakarta di Kulon Progo lantai 3 yang sedang dalam penyelesaian, Kamis (29/8/2019). ANTARA/Agus Salim/am.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Angkasa Pura (AP) I Faik Fahmi menyebut Tim Pengawal Pengaman Pemerintah dan Pembangunan (TP4) sangat membantu kelancaran pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta hingga akhirnya infrastruktur itu bisa selesai lebih cepat dari yang diharapkan.
"TP4 membantu kami dalam banyak hal. Mulai dari sisi administrasi. Ketika ada masalah legal, kami langsung konsultasi untuk mencari solusi dan mereka selalu bisa memberikan masukan yang baik," kata Faik Fahmi dalam rilis yang diterima di Jakarta, Minggu
Sebagaimana diketahui, proses pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta disebut-sebut sebagai salah satu pembangunan bandara tercepat yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Dari target pengerjaan 24 bulan, bandara yang terletak di Kulonprogo itu bisa rampung hanya dalam 17 bulan.
Selain karena kerja keras dan komitmen yang selalu dipegang teguh AP I selaku pengelola lapangan terbang tersebut, beberapa pihak di luar itu jaga memainkan peran yang sama pentingnya, salah satunya adalah Tim Pengawal Pengaman Pemerintah dan Pembangunan (TP4) Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
Secara riil TP4 mengeluarkan Legal Opinion/Pendapat Hukum, Legal Advice berupa review semua perjanjian, addendum, saran-saran, rekomendasi-rekomendasi dan melaksanakan pengawasan, monitoring/site visit terhadap progress pekerjaan sesuai dengan kontrak serta memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi di lapangan.
Direktur Utama AP I mengatakan bahwa mereka selalu memastikan bahwa konstruksi yang dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam kontrak. "Jadi ini bukan hanya soal cepat. Kualitas konstruksi juga diawasi dengan ketat," sambungnya.
Sedianya, tidak hanya Bandara Internasional Yogyakarta yang terbantu oleh hadirnya TP4. Proyek-proyek lain yang dikelola AP I seperti pengembangan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar juga berjalan dengan lebih baik karena pengawasan yang dilakukan TP4.
"Pembangunan terminal di Bandara Ahmad Yani Semarang juga bisa selesai dalam 11 bulan, padahal target kami 18 bulan," ucap Faik dan menambahkan, keterlibatan TP4 dalam pembangunan infrastruktur juga telah mengubah iklim investasi di Indonesia.
Dulu, ujar dia, badan usaha milik negara tersebut merasa khawatir untuk melaksanakan investasi di sektor pengembangan infrastruktur. "Kami takut ada kesalahan yang akhirnya berujung pada masalah hukum. Akhirnya banyak dari kami yang menahan diri," ucapnya.
Namun, dengan pengawalan tim dari Kejaksaan Agung tersebut, pelaku usaha tidak lagi khawatir karena seluruh proses diawasi dan dengan seksama dan dikawal dengan baik sehingga pengambilan keputusan oleh manajemen dapat segera dilaksanakan tanpa adanya keragu-raguan.
Ia menyebut, realisasi investasi AP I melonjak drastis sejak TP4 terjun mengawasi proyek infrastruktur. Pada 2018, investasi perseroan mencapai Rp12 triliun pada 2018 dan ditargetkan tumbuh lagi hingga Rp17,5 triliun pada tahun ini. "Jumlah itu jauh dari periode 2014-2017 yang rata-rata per tahun hanya Rp3,6 triliun," papar Faik.
Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta sendiri menelan biaya untuk pembebasan tanah dan proses konstruksi sekitar Rp11 triliun dengan kontrak tahun jamak.
Bandara tersebut dibangun untuk mengakomodir jumlah penumpang pesawat terbang yang melalui Bandara Adi Sucipto Yogyakarta yang sudah mencapai 8,4 juta orang pada 2018, sementara kapasitas tampung bandara eksisting Adi Soetjpto hanya mampu menampung 1,8 juta penumpang per tahun.
Kini dengan adanya bandara baru YIA, Yogyakarta yang merupakan salah satu provinsi dengan beragam destinasi wisata memiliki bandara yang jauh lebih mumpuni dengan kapasitas tampung hingga 20 juta penumpang per tahun.
Bandara Internasional Yogyakarta juga bisa disinggahi pesawat berbadan besar seperti Boeing 777 dengan muatan penuh.
"TP4 membantu kami dalam banyak hal. Mulai dari sisi administrasi. Ketika ada masalah legal, kami langsung konsultasi untuk mencari solusi dan mereka selalu bisa memberikan masukan yang baik," kata Faik Fahmi dalam rilis yang diterima di Jakarta, Minggu
Sebagaimana diketahui, proses pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta disebut-sebut sebagai salah satu pembangunan bandara tercepat yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Dari target pengerjaan 24 bulan, bandara yang terletak di Kulonprogo itu bisa rampung hanya dalam 17 bulan.
Selain karena kerja keras dan komitmen yang selalu dipegang teguh AP I selaku pengelola lapangan terbang tersebut, beberapa pihak di luar itu jaga memainkan peran yang sama pentingnya, salah satunya adalah Tim Pengawal Pengaman Pemerintah dan Pembangunan (TP4) Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
Secara riil TP4 mengeluarkan Legal Opinion/Pendapat Hukum, Legal Advice berupa review semua perjanjian, addendum, saran-saran, rekomendasi-rekomendasi dan melaksanakan pengawasan, monitoring/site visit terhadap progress pekerjaan sesuai dengan kontrak serta memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi di lapangan.
Direktur Utama AP I mengatakan bahwa mereka selalu memastikan bahwa konstruksi yang dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam kontrak. "Jadi ini bukan hanya soal cepat. Kualitas konstruksi juga diawasi dengan ketat," sambungnya.
Sedianya, tidak hanya Bandara Internasional Yogyakarta yang terbantu oleh hadirnya TP4. Proyek-proyek lain yang dikelola AP I seperti pengembangan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar juga berjalan dengan lebih baik karena pengawasan yang dilakukan TP4.
"Pembangunan terminal di Bandara Ahmad Yani Semarang juga bisa selesai dalam 11 bulan, padahal target kami 18 bulan," ucap Faik dan menambahkan, keterlibatan TP4 dalam pembangunan infrastruktur juga telah mengubah iklim investasi di Indonesia.
Dulu, ujar dia, badan usaha milik negara tersebut merasa khawatir untuk melaksanakan investasi di sektor pengembangan infrastruktur. "Kami takut ada kesalahan yang akhirnya berujung pada masalah hukum. Akhirnya banyak dari kami yang menahan diri," ucapnya.
Namun, dengan pengawalan tim dari Kejaksaan Agung tersebut, pelaku usaha tidak lagi khawatir karena seluruh proses diawasi dan dengan seksama dan dikawal dengan baik sehingga pengambilan keputusan oleh manajemen dapat segera dilaksanakan tanpa adanya keragu-raguan.
Ia menyebut, realisasi investasi AP I melonjak drastis sejak TP4 terjun mengawasi proyek infrastruktur. Pada 2018, investasi perseroan mencapai Rp12 triliun pada 2018 dan ditargetkan tumbuh lagi hingga Rp17,5 triliun pada tahun ini. "Jumlah itu jauh dari periode 2014-2017 yang rata-rata per tahun hanya Rp3,6 triliun," papar Faik.
Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta sendiri menelan biaya untuk pembebasan tanah dan proses konstruksi sekitar Rp11 triliun dengan kontrak tahun jamak.
Bandara tersebut dibangun untuk mengakomodir jumlah penumpang pesawat terbang yang melalui Bandara Adi Sucipto Yogyakarta yang sudah mencapai 8,4 juta orang pada 2018, sementara kapasitas tampung bandara eksisting Adi Soetjpto hanya mampu menampung 1,8 juta penumpang per tahun.
Kini dengan adanya bandara baru YIA, Yogyakarta yang merupakan salah satu provinsi dengan beragam destinasi wisata memiliki bandara yang jauh lebih mumpuni dengan kapasitas tampung hingga 20 juta penumpang per tahun.
Bandara Internasional Yogyakarta juga bisa disinggahi pesawat berbadan besar seperti Boeing 777 dengan muatan penuh.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: