Warga Trenggalek rayakan hari jadi dengan "pesta" tumpeng agung
31 Agustus 2019 15:28 WIB
Peserta berpakaian adat mengarak tumpeng agung dalam perayaan Hari Jadi ke-825 Trenggalek di Trenggalek, Sabtu (31/8/2019). (ANTARA/Destyan Handri Sujarwoko)
Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Ribuan warga Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur merayakan pesta Hari Jadi ke-825 Trenggalek dengan menggelar ritual budaya khas Mataraman dan mengakhirinya dengan rebutan tumpeng agung di halaman pendopo setempat, Sabtu.
Tak hanya berebut nasi berkat berikut aneka lauk yang dihias membentuk tumpeng setinggi dua meter, warga juga berburu air suci yang diambil dari sumber air di 14 kecamatan Trenggalek.
Menurut keyakinan warga, berebut nasi berkat dan air suci akan membawa keberkahan bagi hidup, awet sehat dan dijauhkan dari marabahaya.
"Itu tradisi yang (diyakini secara turun-temurun) sudah lama. Kami berharap keberkahan di tengah kemeriahan dalam rangka hari jadi ini," kata Ngatini, ujar salah seorang warga yang ikut acara purak (rebutan) tumpeng.
Menariknya, dalam ritual perayaan itu Pemkab Trenggalek sudah tidak menggunakan tata tradisi Kraton Surakarta sebagaimana acara yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Tetapi menggantinya dengan tata tradisi Kraton Yogyakarta. Mulai dari sarana perangkat kereta kencana, pasukan kerajaan atau biasa disebut "bregodo", adat tradisi hingga keseluruhan prosesi yang mengiringinya.
Seorang birokrat yang juga penggiat sejarah dan budaya Trenggalek, mayoritas kecamatan di Trenggalek banyak memiliki ikatan sejarah dengan kraton Ngayogyakarta.
"Kalau awal terbentuknya Trenggalek memang tidak lepas dari peran Kraton Surakarta. Namun setelah kami lakukan penelitian dan ditarik kesimpulan umum, banyak wilayah di Trenggalek khususnya daerah selatan yang memiliki kedekatan historis dengan kesultanan Ngayogyakarta," kata Yuli, panitia acara perayaan Hari Jadi ke-825 Trenggalek.
Dikonfirmasi usai acara, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menjelaskan bahwa pendekatan historis dengan Kraton Ngayogyakarta menjadi awal menuju kebangkinan ekonomi wilayah selatan.
Kata dia, wilayah Trenggalek bagian selatan seperti Panggul dan Sumbreng atau Munjungan dulunya menjadi bagian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, berbeda dengan bagian utara daerah itu yang lebih dekat dengan Kraton Surakarta.
"Semoga ini menjadi awal kemajuan ekonomi di wilayah (pesisir) selatan Jawa, khususnya dalam hal ini Kabupaten Trenggalek," ucapnya.
Baca juga: Trenggalek raih predikat kinerja terbaik pengendalian "stunting"
Baca juga: "Banteng krido" buka Festival Jaranan Trenggalek 2019
Baca juga: Bupati Trenggalek buka pasar rakyat untuk dongkrak UMKM
Tak hanya berebut nasi berkat berikut aneka lauk yang dihias membentuk tumpeng setinggi dua meter, warga juga berburu air suci yang diambil dari sumber air di 14 kecamatan Trenggalek.
Menurut keyakinan warga, berebut nasi berkat dan air suci akan membawa keberkahan bagi hidup, awet sehat dan dijauhkan dari marabahaya.
"Itu tradisi yang (diyakini secara turun-temurun) sudah lama. Kami berharap keberkahan di tengah kemeriahan dalam rangka hari jadi ini," kata Ngatini, ujar salah seorang warga yang ikut acara purak (rebutan) tumpeng.
Menariknya, dalam ritual perayaan itu Pemkab Trenggalek sudah tidak menggunakan tata tradisi Kraton Surakarta sebagaimana acara yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Tetapi menggantinya dengan tata tradisi Kraton Yogyakarta. Mulai dari sarana perangkat kereta kencana, pasukan kerajaan atau biasa disebut "bregodo", adat tradisi hingga keseluruhan prosesi yang mengiringinya.
Seorang birokrat yang juga penggiat sejarah dan budaya Trenggalek, mayoritas kecamatan di Trenggalek banyak memiliki ikatan sejarah dengan kraton Ngayogyakarta.
"Kalau awal terbentuknya Trenggalek memang tidak lepas dari peran Kraton Surakarta. Namun setelah kami lakukan penelitian dan ditarik kesimpulan umum, banyak wilayah di Trenggalek khususnya daerah selatan yang memiliki kedekatan historis dengan kesultanan Ngayogyakarta," kata Yuli, panitia acara perayaan Hari Jadi ke-825 Trenggalek.
Dikonfirmasi usai acara, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menjelaskan bahwa pendekatan historis dengan Kraton Ngayogyakarta menjadi awal menuju kebangkinan ekonomi wilayah selatan.
Kata dia, wilayah Trenggalek bagian selatan seperti Panggul dan Sumbreng atau Munjungan dulunya menjadi bagian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, berbeda dengan bagian utara daerah itu yang lebih dekat dengan Kraton Surakarta.
"Semoga ini menjadi awal kemajuan ekonomi di wilayah (pesisir) selatan Jawa, khususnya dalam hal ini Kabupaten Trenggalek," ucapnya.
Baca juga: Trenggalek raih predikat kinerja terbaik pengendalian "stunting"
Baca juga: "Banteng krido" buka Festival Jaranan Trenggalek 2019
Baca juga: Bupati Trenggalek buka pasar rakyat untuk dongkrak UMKM
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: