Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu pagi menguat lima poin menjadi Rp9.325/9.330 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan, Selasa, Rp9.340/9.350, karena pelaku kembali membeli rupiah. "Aksi beli rupiah terpicu oleh membaiknya pasar saham regional akibat menguatnya bursa Wall Street dan merosotnya harga minyak mentah dunia," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Rabu. Meski demikian, katanya, aksi beli rupiah relatif masih kecil akibat sikap hati-hati pelaku bermain di pasar. Mereka khawatir dengan harga minyak mentah yang masih bergejolak. "Pelaku pasar hati-hati untuk membeli rupiah lebih besar karena harga minyak mentah itu bisa saja kembali menguat," katanya. Menurut dia kenaikan rupiah yang terjadi sejak Selasa setidaknya menjauhi angka Rp9.400 per dolar AS. Rupiah dikhawatirkan akan terus merosot jika menembus angka tersebut. Kenaikan rupiah saat ini juga dipicu berkurangnya aksi demo mahasiswa atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 28,7 persen, katanya. Rupiah, menurut dia, sore nanti masih berpeluang menguat, didukung pula akan masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar uang. BI diperkirakan melakukan intervensi pasar untuk memicu rupiah agar berada di bawah posisi Rp9.300 per dolar AS, ujarnya.0 Ia mengatakan, rupiah diperkirakan akan terus membaik sampai akhir pekan dengan posisi Rp9.300 per dolar AS yang menunjukkan bahwa BI sudah masuk pasar untuk memperbaiki faktor fundamental keuangan negara. Karena otoritas moneter itu beranggapan posisi rupiah di bawah angka tersebut dinilai berada pada posisi yang aman, ucapnya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro mencapai 1,5685, menguat dibanding sebelumnya 1,5819, sedang euro terhadap yen 163,50 dan dolar AS terhadap yen stabil pada 104,26. (*)