Liwa, Lampung Barat, 25/5 (ANTARA News) - Hasil panen kopi dari kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) hanya mencapai 10 persen saja, kata Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri. Luas TNBBS mencapai 76,78 persen dari wilayah Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung seluas 386.090,37 hektare (ha). "Isu bahwa kopi Lampung sebagian besar berasal dari kawasan hutan konservasi itu tidak benar. Kopi yang berasal dari kawasan hutan TNBBS itu hanya sekitar 10 persen," kata Mukhlis, di Liwa, Lampung Barat, Minggu. Mukhlis yang juga Ketua DPC PDIP Lampung Barat itu menyebutkan, produksi kopi dari Lampung Barat mencapai 38 ribu ton lebih per tahun, dengan luas perkebunan kopi rakyat mencapai 60 ribu ha. Menurut dia, produksi kopi Lampung Barat sebanyak itu berasal dari perkebunan petani dan hanya sekitar 10 persen yang berasal dari TNBBS. Sekitar 60 persen kopi jenis robusta di daerah Lampung berasal dari kebun di Lampung Barat dan sekitarnya. Mukhlis yang baru terpilih menjadi bupati sekitar lima bulan lalu itu mengatakan pula, potensi kopi di Lampung Barat cukup banyak, namun belum dikelola secara baik oleh petani. Produksi kopi robusta Lampung pada 2007 lalu mencapai sekitar 200 ribu ton, sedangkan ekspor pada tahun yang sama sebanyak 183 ribu ton. Diperkirakan tahun 2008, produksi kopi Lampung menurun, karena adanya siklus musim kemarau tahun 2007 lalu. Berdasarkan data dari World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, kopi yang berasal dari kawasan hutan TNBBS sebanyak 19.000 ton per tahun. Menurut Ketua Kompartemen Relitbang Asosiasi Ekportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, perkiraan produksi kopi berdasarkan data dari WWF itu hanya tujuh hingga delapan persen dari ekspor kopi Lampung. Menurut data tersebut, ujar dia lagi, lahan yang digunakan dalam kawasan tersebut sebesar 45.657 ha, dengan rata-rata produksi sekitar 588 kg per ha per tahun, dengan kualitas sedang. Petani rata-rata mengelola lahan di kawasan TNBBS antara 1,5 hingga dua ha. "Sebanyak 73 persen lahan merupakan kebun kopi," kata dia lagi. WWF beberapa waktu lalu menganjurkan agar `buyers` (konsumen kopi dunia, red) untuk tidak membeli kopi asal daerah Lampung, karena dinilai merupakan `kopi ilegal` yang berasal dari kawasan konservasi. Ia menilai, semestinya WWF tidak menganjurkan `buyers` untuk tidak membeli kopi dari Lampung seperti itu, mengingat akan mengorbankan ratusan ribu petani yang bukan berasal dari kawasan TNBBS. "Ratusan ribu petani akan menjadi korban, bila dunia internasional benar-benar tidak lagi membeli kopi asal Lampung, akibat laporan WWF tersebut. Padahal produksi kopi dari areal konservasi itu hanya beberapa persen dari ekspor yang ada," kata dia pula.(*)