Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Perum Bulog Subdivre Malang mengaku kesulitan menyerap beras atau gabah di wilayah Malang dan sekitarnya saat puncak musim kemarau pada Agustus 2019 ini.

Kepala Bulog Subdivre Malang Anita Andreani mengatakan saat memasuki puncak musim kemarau sekarang ini, wilayah-wilayah yang tengah memasuki masa panen biasanya dibanjiri para pembeli gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan.

"Lokasi panen saat ini berbeda-beda, makanya berebut. Di mana ada panen, di sana ada orang-orang dari penggilingan yang belanja," ujar Anita kepada ANTARA, di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Anita menjelaskan, meskipun cukup sulit, akan tetapi pengadaan Perum Bulog Subdivre Malang masih tetap berjalan. Pengadaan beras atau gabah tersebut, dilakukan setiap hari oleh tim Bulog Malang.

Berdasar catatan, hingga akhir Agustus 2019, total serapan yang telah dilakukan Perum Bulog Subdivre Malang mencapai 8.206,12 ton beras. Sementara pada 2019, target serapan ditetapkan sebesar 21.073 ton beras.

"Pengadaan masih bisa dilakukan, tetapi tetap sulit. Sedikit-sedikit ada yang masuk tiap hari," ujar Anita.

Wilayah Malang bukan merupakan wilayah produsen beras, maka Bulog Subdivre Malang mengandalkan pasokan dari wilayah sekitar. Datangnya musim kemarau sejak beberapa bulan lalu, membuat serapan gabah semakin sulit.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Karangploso Kabupaten Malang menyatakan masuknya musim kemarau kali ini perlu diwaspadai, mengingat ada potensi kekeringan yang akan terjadi.

Namun, Anita memastikan posisi stok Perum Bulog Subdivre Malang tetap dalam kondisi aman. Hingga saat ini, total stok yang dimiliki mencapai 31.891,52 ton yang cukup untuk pasokan hingga enam bulan ke depan atau lebih.

Baca juga: Legislator inginkan fungsi Bulog dimaksimalkan serap panen petani
Baca juga: Paguyuban: Harga beras di Surabaya stabil
Baca juga: Kemensos jadikan Bulog sebagai Manajer Suplier BPNT