Koperasi diharapkan tetap eksis di era revolusi industri 4.0
26 Agustus 2019 15:17 WIB
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan saat membuka Peringatan Hari Koperasi Nasional Ke-72 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di Lapangan Tenis Pua Janggo Bira, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Minggu (25/8/2019). ANTARA/Dokumentasi Kementerian Koperasi dan UKM
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan menyatakan era revolusi industri 4.0 jangan sampai menjadi beban bagi koperasi dalam rangka mengembangkan kinerja dan inovasi usahanya.
"Justru sebaliknya, di zaman serba digital ini koperasi harus mampu eksis," kata Rully Indrawan dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Rully mengingatkan bahwa saat revolusi industri 1.0, ketika era mesin uap menggantikan peran manusia, juga membuat orang-orang mulai berhimpun bersama membangun satu kekuatan ekonomi bersama.
Menurut dia, pada era tersebut mulai lah lahir koperasi modern, yang tumbuh kelompok sosial melakukan kegiatan bisnis.
"Artinya, revolusi industri itu hanya merupakan perubahan perilaku di masyarakat dan fase peradaban di dunia industri," katanya.
Saat ini, lanjut Rully, setelah melewati beberapa fase revolusi industri, koperasi tetap tumbuh di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ia juga mengingatkan bahwa koperasi di seluruh dunia mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 600 juta orang.
"Itu menjadi bukti kemampuan pelaku koperasi di dunia," katanya.
Untuk itu, Rully menyebutkan bahwa program Reformasi Total Koperasi yang sudah berjalan lima tahun ini adalah untuk menjawab pergerakan zaman yang begitu cepat.
Namun, ujar dia, perubahan fundamental tersebut dengan tidak meninggalkan filosofis dan ideologi dasar sebuah koperasi, yaitu budaya kerja sama dan gotong royong.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menginginkan revolusi industri 4.0 jangan hanya menjadi sekadar jargon tetapi harus diterapkan dengan optimal sehingga dapat meningkatkan daya saing Republik Indonesia dalam perekonomian global.
Fadli Zon mengutarakan harapannya agar Indonesia bisa menjadi pemenang dalam revolusi industri 4.0.
Hal tersebut, lanjutnya, dapat dilakukan dengan tidak hanya menjadikan populasi Indonesia sebagai pasar tetapi sebagai kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
"Saya berharap agar tidak terjebak dalam jargon-jargon revolusi 4.0 saja, tetapi kita tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan yang masih tradisional," kata politisi Partai Gerindra itu.
Untuk itu, ujar dia, industri 4.0 harus ditopang oleh infrastruktur tradisional yang kokoh sehingga benar-benar bisa memastikan bangsa ini sebagai pemenang di tataran global.
Fadli Zon juga menekankan pentingnya revolusi industri 4.0 diarahkan untuk bisa meningkatkan suatu kesejahteraan, keadilan yang inklusif, terutama masyarakat yang mendapatkan manfaat, bukannya pihak asing.
Baca juga: Pemerintah dorong industri ciptakan inovasi
Baca juga: Presiden serukan strategi baru hadapi disrupsi era Industri 4.0
Baca juga: Kemenkop UKM minta koperasi kreatif-inovatif jalankan bisnis
"Justru sebaliknya, di zaman serba digital ini koperasi harus mampu eksis," kata Rully Indrawan dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Rully mengingatkan bahwa saat revolusi industri 1.0, ketika era mesin uap menggantikan peran manusia, juga membuat orang-orang mulai berhimpun bersama membangun satu kekuatan ekonomi bersama.
Menurut dia, pada era tersebut mulai lah lahir koperasi modern, yang tumbuh kelompok sosial melakukan kegiatan bisnis.
"Artinya, revolusi industri itu hanya merupakan perubahan perilaku di masyarakat dan fase peradaban di dunia industri," katanya.
Saat ini, lanjut Rully, setelah melewati beberapa fase revolusi industri, koperasi tetap tumbuh di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ia juga mengingatkan bahwa koperasi di seluruh dunia mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 600 juta orang.
"Itu menjadi bukti kemampuan pelaku koperasi di dunia," katanya.
Untuk itu, Rully menyebutkan bahwa program Reformasi Total Koperasi yang sudah berjalan lima tahun ini adalah untuk menjawab pergerakan zaman yang begitu cepat.
Namun, ujar dia, perubahan fundamental tersebut dengan tidak meninggalkan filosofis dan ideologi dasar sebuah koperasi, yaitu budaya kerja sama dan gotong royong.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menginginkan revolusi industri 4.0 jangan hanya menjadi sekadar jargon tetapi harus diterapkan dengan optimal sehingga dapat meningkatkan daya saing Republik Indonesia dalam perekonomian global.
Fadli Zon mengutarakan harapannya agar Indonesia bisa menjadi pemenang dalam revolusi industri 4.0.
Hal tersebut, lanjutnya, dapat dilakukan dengan tidak hanya menjadikan populasi Indonesia sebagai pasar tetapi sebagai kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
"Saya berharap agar tidak terjebak dalam jargon-jargon revolusi 4.0 saja, tetapi kita tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan yang masih tradisional," kata politisi Partai Gerindra itu.
Untuk itu, ujar dia, industri 4.0 harus ditopang oleh infrastruktur tradisional yang kokoh sehingga benar-benar bisa memastikan bangsa ini sebagai pemenang di tataran global.
Fadli Zon juga menekankan pentingnya revolusi industri 4.0 diarahkan untuk bisa meningkatkan suatu kesejahteraan, keadilan yang inklusif, terutama masyarakat yang mendapatkan manfaat, bukannya pihak asing.
Baca juga: Pemerintah dorong industri ciptakan inovasi
Baca juga: Presiden serukan strategi baru hadapi disrupsi era Industri 4.0
Baca juga: Kemenkop UKM minta koperasi kreatif-inovatif jalankan bisnis
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: