Jakarta (ANTARA) - Ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini berkarier di Inggris Dr Bagus Putra Muljadi membahasakan manajemen talenta Presiden Jokowi sebagai "Kopassus Ilmuwan" untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul untuk Indonesia yang maju.

"Ide kami dari diaspora adanya "Kopassus Ilmuwan", karena kalau program 5.000 doktor itu banyak, tapi kami ingin menciptakan ilmuwan yang benar-benar terbaik yang akan menghasilkan riset-riset terbaik pula," ujar Asisten Profesor di Departemen Teknik Kimia dan Lingkungan University of Nottingham tersebut kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan para calon ilmuwan tersebut harus mempelajari apa yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia ke depan, dan bukan kemauan dirinya. Hal itu bertujuan agar setelah lulus dari luar negeri, bisa menempati jabatan strategis demi kemajuan Iptek dan bangsa.

"Jadi kami ingin tidak sekadar kuantitas, tetapi juga kualitas yang diutamakan," kata dia.

Baca juga: Menristekdikti dorong kebangkitan "startup" daerah

Baca juga: Kemenristekdikti: SCKD "jembatan" bagi peneliti pemula bermitra


Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Agus Susilohadi, menambahkan hal tersebut merupakan langkah konkret dalam program manajemen talenta seperti yang diamanatkan Presiden Jokowi.

"Pemerintah dengan manajemen talenta ingin memetakan orang-orang hebat dan akan dikelola seperti apa nantinya," kata Agus.

Saat ini, pemerintah dan sejumlah diaspora Indonesia berencana akan merekrut sebanyak 100 hingga 200 orang siswa terbaik, yang akan disekolahkan ke luar negeri. Namun, sebelum berangkat akan dibina terlebih dahulu selama dua tahun.

Meski demikian, Agus menjelaskan hal itu baru penafsiran dari Kemenristekdikti. Ia juga menyarankan agar pengiriman siswa terbaik tersebut harus melalui kajian terlebih dahulu. Sehingga setelah lulus kuliah maka ilmu yang didapat benar-benar bermanfaat untuk kemajuan bangsa.*

Baca juga: Ito, pakar nanoteknologi yang berjaya di Jerman

Baca juga: Menristekdikti dukung ilmuwan diaspora ikut serta bangun SDM