Pekanbaru (ANTARA) - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan yang pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, membuat pengelola Taman Kanak-kanak (TK) Islam Akramunnas memulangkan anak didik lebih cepat dari jadwal normal.

Berdasarkan pantauan ANTARA di Pekanbaru, Senin, guru di sekolah TK tersebut menuliskan pengumuman di papan tulis depan pintu masuk yang menyatakan pada Senin ini anak-anak dipulangkan pada pukul 10.00 WIB dikarenakan asap semakin tebal. Biasanya aktivitas sekolah dimulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.

“Ini keputusan internal kita karena melihat kondisi asap sudah mengkhawatirkan. Sejak Jumat minggu lalu asap sudah sangat terasa dan pagi ini asap pekat juga,” kata Kepala Sekolah TK Islam Akramunnas, Arfita Repiana.

Pihak sekolah membagikan masker medis untuk anak-anak di kelas, dan setiap murid harus dijemput oleh orangtua mereka pada jam yang sudah ditentukan.

Ia mengatakan pada Senin ini juga ada puluhan anak yang tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.

“Dari 110 anak, sekitar 40 sampai 50 anak tidak datang. Rata-rata sakit batuk pilek dan demam,” katanya.

Orang tua siswa TK, Yunita mengatakan, kondisi asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Pekanbaru memang semakin pekat dan menyesakkan nafas.

Ia juga semakin protektif untuk menjaga kesehatan keluarganya dengan menggunakan masker kesehatan ketika melakukan aktivitas di luar rumah.

"Kondisi asap semakin tebal, saya dan suami beserta anak-anak kalau keluar rumah pasti menggunakan masker. Ini kami lakukan sejak beberapa minggu lalu," katanya.


Baca juga: Kualitas udara Kota Pekanbaru memburuk pada Senin pagi


Sejumlah anak mengenakan masker medis di TK Islam Akramunnas saat kabut asap menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Senin (26/8/2019). Pengurus TK Akramunnas memulangkan anak didik akibat polusi asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dinilai bisa mengganggu kesehatan terutama pada anak-anak. (ANTARA/FB Anggoro)


Jarak Pandang Memburuk

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sutisno, membenarkan kondisi cuaca kota setempat memburuk hingga jarak pandang tinggal 1,5 kilometer pada Senin pagi.

"Kondisi cuaca tadi subuh sampai jam 08.00 WIB memang padat dan jarak pandangnya sempat 1,5 kilometer, akan tetapi di atas itu jarak pandang naik jadi 2 kilometer,” kata Sukisno, di Posko Darurat Asap di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Pekanbaru.

Kualitas udara akibat polusi asap hingga Senin pagi berfluktuasi dari pagi tadi ke level tidak sehat pada pukul 04.00 WIB, namun kini membaik ke status sedang pada pukul 09.00 WIB.

Data BMKG Stasiun Pekanbaru menyatakan, berdasarkan pantauan satelit Senin pukul 06.00 WIB di Riau terdeteksi ada 41 titik panas (hotspot) yang jadi indikasi awal karhutla. Lokasi terbanyak di Kabupaten Bengkalis ada 14 titik, kemudian di Pelalawan 10 titik, Indragiri Hilir 13 titik, dan Rokan Hilir dan Indragiri Hulu masing-masing dua titik panas.

Dari jumlah tersebut, ada 27 titik dipastikan titik api. Daerah terbanyak di Bengkalis ada 12 titik, kemudian di Indragiri Hilir 10 titik dan Pelalawan lima titik.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) luas kebakaran hutan dan lahan di Riau sudah lebih dari 30 ribu hektare dari Januari 2019.


Baca juga: Karhutla Riau meluas, Kapolres Pelalawan menginap di lokasi kebakaran