Palembang (ANTARA) - Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru minta agar Sri Sultan Hamengku Buwono X membantu mengatasi kemiskinan daerah itu dengan mengajak warga Paguyuban Keluarga Jawa Sumatera (Pujasuma) bersama-sama berkontribusi membangun daerah.

Pada saat bersilaturahim dengan Sultan Hamengku Buwono X di Palembang, Sabtu, Gubernur menyatakan, sudah menjadi rahasia umum, etos kerja warga Jawa di Sumsel sangat luar biasa, sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi daerah ini.

Gubernur mengakui, selama ini kehadiran Pujasuma menjadi aset penting bagi Provinsi Sumsel, karena telah berhasil menginspirasi masyarakat dalam mengelola pertanian dengan sangat baik.

Baca juga: Tokoh pemuda Papua berharap pendidikan keberagaman diajarkan

Dahulu saat dirinya menjadi Bupati Ogan Komering Ulu Timur, 80 persen masyarakatnya asli dari Jawa. Teman-teman ini sejak tahun 1937 ada di Belitang mengelola irigasi dan sawah. Etos kerja mereka sangat tinggi sehingga berhasil membawa kabupaten itu sebagai lumbung beras nasional bahkan menekan angka kemiskinan sampai terendah di Sumsel.

Oleh karena itu, dengan peran Pujasuma ini, lanjut dia, dirinya menaruh harapan besar dapat menekan angka kemiskinan Sumsel yang per tahun ditarget turun minimal 1 persen.

Selain membahas soal kemiskinan, Gubernur yang dikenal sebagai Bapak Rumah Tahfidz itu juga menyinggung soal pentingnya menjaga keanekaragaman serta mempertahankan Bhineka Tunggal Ika.

Baca juga: Tantangan Indonesia diusia ke-74 adalah mengelola keberagaman

"Saya sepakat dengan yang dikatakan Sri Sultan tadi bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu bukan hanya slogan tapi bagaimana implementasinya di lapangan. Nah ini peran pemimpin daerah, komunitas, agama pemimpin dalam kebudayaan.

Jadi mereka harus berbuat tanpa atau mengenyampingkan perbedaan-perbedaan yang ada. Dan kuncinya silaturahim karena setiap agama, suku, kebudayaan itu menganjurkan untuk bersama, sehingga timbul kekuatan-kekuatan baru, ujar dia.

Terkait hal itu Gubernur mengaku selalu berupaya untuk memfasilitasi baik pertemuan dalam komunitas atau antar komunitas dengan menyediakan sebuah bangunan untuk paguyuban.

Baca juga: Tari Cokek miliki makna jaga kebersihan hati

Sementara Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, sejak negara Indonesia berdiri sudah menerapkan Bhineka Tunggal Ika, sebagai landasan yang kuat. Dan hal itu bukan sekedar identitas tapi strategi karena Indonesia dibentuk dari yang berbeda-beda dan menyatakan diri sama.

Menurut dia, semua etnis manapun, agama apapun harus menyadari aspek itu sehingga bisa menghargai agama lain dan menghargai budaya lain.

Hal ini karena persatuan itulah suku agama dan ras yang berbeda dapat menyatukan diri.

Baca juga: Irup di Pulau Reklamasi, Anies ingatkan cerita keberagaman Jakarta

Bahwa yang mayoritas dan minoritas itu sama artinya tidak ada dominasi, karena tidak ada dominasi. Artinya yang minoritas tidak mengakui seperti mayoritas . Dan yang mayoritas jangan memaksa yang minoritas, sehingga yang minoritas merasa nyaman karena yang mayoritas tidak mempersoalkan, tambah dia.

Sementara Ketua Pujasuma Sumsel Dr Baryadi mengatakan, warga Jawa yang tinggal di Sumsel ini merasa sangat nyaman karena tidak pernah merasa dibeda-bedakan.

Dengan penerimaan yang sangat baik itu, ia pun mengimbau agar mereka tetap rukun satu sama lainnya.

Baca juga: Indonesia rumah keberagaman

"Kalau kita kompak, akur adanya Pujasuma dan Kagama (Ikatan Alumni Gajah Mada), saya yakin pembangunan Sumsel akan lebih maju lagi dan berkeadilan. Yang penting itu tadi landasannya kerukunan," tambah dia.