Chicago (ANTARA) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange melonjak hampir dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena meningkatnya ketegangan perdagangan mendorong permintaan terhadap aset-aset safe-haven.

Kontrak emas paling aktif untuk Desember, melambung 29,10 dolar AS atau 1,93 persen, menjadi menetap di 1.537,60 dolar AS per ounce.

Investor telah berbondong-bondong beeralih ke aset safe-haven emas setelah China mengumumkan pada Jumat (23/8/2019) bahwa tarif tambahan akan dikenakan pada barang impor dari Amerika Serikat senilai sekitar 75 miliar dolar AS setelah kenaikan tarif Amerika Serikat yang baru diumumkan untuk barang-barang China.

China mengatakan pengenaan tarif tambahan merupakan respons paksa terhadap keputusan sepihak Amerika Serikat dan proteksionisme perdagangan.

Sebanyak 5.078 produk AS akan dikenakan tarif tambahan 10 persen atau lima persen, yang akan diterapkan dalam dua kelompok serta mulai berlaku masing-masing pada 1 September dan 15 Desember, menurut Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China.

China juga akan melanjutkan tarif tambahan 25 persen atau lima persen untuk kendaraan dan suku cadang buatan Amerika mulai 15 Desember.

Menyusul perkembangan terakhir, indeks-indeks acuan saham AS, Dow Jones Industrial Average, S&P 500 dan Nasdaq semuanya anjlok sekitar dua persen, karena investor melepas ekuitas berisiko beralih ke emas.

Sementara itu, indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,48 persen menjadi 97,70 menjelang penyelesaian perdagangan emas.

Ketika dolar AS melemah, emas yang dihargakan dalam dolar AS biasanya naik karena menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.

Logam mulia lainnya, perak untuk penyerahan September naik 37,3 sen atau 2,19 persen menjadi ditutup pada 17,413 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan Oktober turun 6,60 dolar AS atau 0,77 persen, menjadi menetap di 855,30 dolar AS per ounce.