Padang (ANTARA) - Silek Arts Festival 2019 menghadirkan kenangan tentang sosok maestro tari asal Tanah Datar Gusmiati Suid melalui ingatan murid dan orang terdekatnya dalam sebuah semiloka tentang transformasi silek ke dalam tari rantak di Padang.

"Kita ingin memberikan sebuah referensi bagi generasi muda tentang proses penciptaan sebuah karya oleh seorang Maestro. Referensi itu dihadirkan melalui ingatan dari orang-orang terdekatnya," kata Kepala Bidang Kesenian dan Diplomasi Budaya, Dinas Kebudayaan Sumbar Ilfitra di Padang, Kamis.

Ia mengatakan ada delapan pemateri yang dihadirkan dalam semiloka itu. Pemateri adalah murid langsung Gusmiati Suid dan sejumlah pemusik yang menjadi saksi hidup proses penciptaannya.

Ia menjelaskan salah satu alasan Tari Rantak disemilokakan, karena tarian itu merupakan tari yang berasal dari gerakan silat. Sesuai dengan pembahasannya, transformasi silek (silat) dalam karya seni. Artinya, silek tidak hanya menjadi sebuah seni bela diri, tapi juga bisa menjadi karya seni tari.

“Dengan adanya semiloka ini, kita ingin mengembalikan nilai-nilai filosifi dari Tari Rantak ini. Walaupun dalam perkembangannya, ada Tari Rantak yang lahir dari hasil kreasi dari sanggar ataupun seniman lainnya, tapi perlu untuk diketahui seperti apa aslinya gerakan dari Tari Rantak itu. Dengan hadirnya para murid Gusmiati Suid, kita bisa tahu seperti apa Tari Rantak tersebut,” katanya.

Sementara itu Direktur Silek Art Festival 2019 Ediwar mengatakan peninggalan Gusmiati Suid dalam tari Minangkabau sangat besar, yaitu penyatuan gerak dan falsafah silek dengan tari menjadi sebuah kesatuan yang utuh.

Peninggalan itu yang kini diteruskan baik dalam tari, randai hingga teater.

Delapan pemateri itu adalah Dr Rahmi Fahmi, SE MBA, Drs Hajizar, Msn, Dr Indra Utama,S.kar, M.Hum, PhD, Drs Hanefi, Mpd Dr Siti N Kusumastuti, S.Sn M.Sos, Julianti Parani, PhD, Muslim, S.Kar, M.Sn, dan Hartati, M.Sn. Mereka masing-masing memiliki kedekatan emosional dengan sang maestro.

Benang merahnya Gusmiati Suid memiliki dasar yang kuat bukan hanya dalam pemahaman tari, tetapi juga silat.

Gusmiati adalah sosok yang dalam karya disebut keluar dari pakem seni tari pada masanya, tetapi dalam keseharian malah memegang teguh nilai-nilai dan norma dalam adat Minangkabau.

Sepanjang kariernya, Gusmiati telah menghasilkan sekurangnya 30 karya seni tari pementasan.

Semiloka itu dihadiri praktisi dan sanggar tari di Sumbar serta utusan dari sejumlah universitas diantaranya Unand, UNP dan ISI Padang Panjang.

Baca juga: Silek Art Festival 2019 fokus pada arsip dan dokumentasi
Baca juga: SAF 2019 gagas Ensiklopedia Silek Minangkabau
Baca juga: Silek Minangkabau tak melulu seni bela diri