Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Muhammad Afzal Mahfuz mengapresiasi stabilitas ekonomi yang berhasil dijaga oleh pemerintah terutama mengingat kondisi ekonomi global yang masih diwarnai ketidakstabilan seperti fenomena perang dagang.

Muhammad Afzal Mahfuz di Jakarta, Kamis, menyatakan, Fraksi Partai Demokrat pun memberikan apresiasinya atas kerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah kondisi ekonomi global yang punya tantangan besar.

Menurut dia, ke depannya kesejahteraan masyarakat harus dapat ditingkatkan, dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Afzal juga mengungkapkan bahwa fraksinya mendukung dan mendorong pemerintah untuk memaksimalkan lagi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Ia mengingatkan bahwa ke depannya, tantangan yang dihadapi pemerintah akan semakin besar, terlebih Indonesia mengalami bonus demografi yang harus dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Untuk menjadi bangsa yang berdaulat, ujar dia, pemerintah dituntut untuk mampu membuat kebijakan yang mengarah pada pemerataan ekonomi, peningkatan lapangan kerja, dan pemberdayaan masyarakat, mengingat pula bahwa perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini mengalami ujian yang tidak mudah.

Pemerintah dinilai perlu untuk benar-benar menyiapkan strategi besar dalam mengantisipasi dampak perang dagang antara dua raksasa global, Amerika Serikat dan China, yang akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian nasional.

Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah memperkirakan tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar masih belum mereda sebagai dampak dari kondisi ekonomi global yang belum membaik.

Said Abdullah menilai selain imbas normalisasi kebijakan moneter The Fed (bank sentral AS), pelemahan rupiah juga dipicu perang dagang antara China dan AS yang kemudian menjadi perang mata uang.

"Jadi, kalau dua negara raksasa ekonomi ini berperang, maka akan membuat arus perdagangan dan rantai pasar global terhambat. Alhasil, kinerja ekspor Indonesia pun berpeluang terganggu karena penurunan permintaan," katanya.

Untuk itu, politisi PDIP itu meminta pemerintah menyiapkan strategi besar karena China dan AS merupakan negara-negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah akan fokus mendorong ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk memperbaiki neraca perdagangan pada semester I 2019 yang saat ini telah mencapai angka 1,90 miliar dolar AS.

"Peningkatan ekspor di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami harus melakukannya," kata Enggartiasto saat ditemui usai rapat pembahasan RAPBN 2020 di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (16/8).

Menurut dia, langkah strategis itu diambil dengan memanfatkan situasi perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.

"Peluang itulah yang kami ambil, seperti halnya Indonesia dengan Amerika Serikat, ekspor TPT meningkat 20 persen, tetapi di sisi lain Indonesia impor kapas dari mereka. Semakin meningkat impor kapas, semakin meningkat pula TPT, jadi kami melihat peluang itu dengan mengambil market share dari China," ujarnya.

Baca juga: INDEF: Jaga stabilitas harga agar pertumbuhan ekonomi meningkat

Baca juga: Pengamat: stabilitas ekonomi jangka pendek harus diperhatikan

Baca juga: BI waspadai sejumlah tantangan pengganggu stabilitas keuangan

Baca juga: KSSK terus perkuat koordinasi kebijakan jaga stabilitas ekonomi