Warga sambut instalasi gabion pengganti Getah Getih
22 Agustus 2019 17:49 WIB
Instalasi batu beronjong (gabion) dengan latar Bundaran HI yang berdiri di depan patung Selama Datang di bilangan Jalan MH Thamrin (Bundaran HI), Jakarta, Kamis (22/8/2019). Instalasi Gabion ini memiliki anggaran Rp150 juta sebagai pengganti instalasi Getah Getih yang sebelumnya berdiri di tempat yang sama sebagai hiasan kota dan dimaksudkan untuk mengurangi polusi. ANTARA/Ricky Prayoga/pri
Jakarta (ANTARA) - Masyarakat menyampaikan berbagai komentar menyambut instalasi gabion yang dipasang di bilangan Jalan MH Thamrin (Bundaran Hotel Indonesia) Jakarta menggantikan instalasi dari bambu bernama Getah Getih yang hanya bertahan sekitar 11 bulan di lokasi yang sama.
Di lokasi, Kamis petang, meski instalasi gabion itu sudah berdiri, para petugas dari Dinas Kehutanan DKI Jakarta masih melakukan penataan taman di sekitar instalasi dan tanaman di atasnya.
Meski tidak menarik perhatian sebesar Getah Getih yang sebelumnya berdiri di tempat yang sama sebagai hiasan kota, masyarakat yang ditemui di sekitar lokasi mengaku instalasi ini bisa memberi kesegaran mata bagi yang melihatnya.
"Bagus sih, lebih hijau kelihatannya, dibanding yang dulu (Getah Getih) ya, banyak bunga warna warni dan rumput-rumput hijau, segar gitu kelihatannya," kata Anna ditemui di lokasi.
Instalasi gabion merupakan batu beronjong berbagai ukuran yang disusun dan dan ditahan menggunakan rangka besi. Terdapat tiga instalasi yang diletakkan secara berdampingan.
Dua instalasi setinggi kurang lebih 160 sentimeter, dan satunya lagi setinggi kurang lebih 180 sentimeter. Di atas gabion terdapat rumput hijau dan dihiasi bunga bugenvil putih dan merah.
Di sekitar instalasi tersebut, terlihat dihiasi berbagai macam tanaman, yakni lidah buaya dan bugenvil berwarna ungu, putih, dan merah. Terdapat pula batu-batu berwarna cokelat dan pasir putih.
Total Rp150 juta anggaran Dinas Kehutanan DKI Jakarta digunakan untuk mendirikan instalasi dan mempercantik sekitarnya dengan taman. Instalasi ini selain untuk mempercantik kota, juga untuk memberikan pesan mengurangi polusi dan mengenalkan berbagai jenis bunga antipolusi.
Kendati demikian, beberapa warga lainnya menilai dana yang digunakan untuk instalasi itu tidak tepat sasaran.
"Menurut saya sih lebih segar iya, tapi nggak tepat sasaran dalam artian ini kan ganti instalasi sebelumnya (Getah Getih), tapi kelihatannya sama-sama jangka pendek ya sekitar dua tahun mungkin. Sebenarnya mungkin bisa dipake anggarannya untuk perbaikan fasilitas pendidikan atau kesehatan," ujar salah satu warga yang melintas di lokasi, Erlangga.
Baca juga: Instalasi batu gabion pengganti Getah Getih dipercantik
Satu warga lainnya bernama Julianto juga mengatakan, dana tersebut bisa dipakai untuk kegiatan lainnya. Terlebih instalasi dan tanaman-tanaman hias di sekitarnya pun belum memberikan jaminan mengurangi polusi.
"Saya lihat ini belum yakin bisa kurangi polusi dengan itu, tapi usahanya pemprov perlu diapresiasi. Cuman ke depannya (umur instalasi) nggak yakin berapa lama bertahan," ujar Julianto.
Informasi yang dihimpun, instalasi gabion ini didirikan pada tanggal 16 Agustus 2019 untuk menggantikan instalasi seni bambu bernama Getah Getih yang hanya bertahan 11 bulan.
Instalasi gabion ini memiliki anggaran Rp150 yang dimaksudkan selain sebagai hiasan kota, juga sebagai pengurang polusi dan tempat pengenalan tumbuhan antipolutan bagi warga Kota Jakarta.
Di lokasi, Kamis petang, meski instalasi gabion itu sudah berdiri, para petugas dari Dinas Kehutanan DKI Jakarta masih melakukan penataan taman di sekitar instalasi dan tanaman di atasnya.
Meski tidak menarik perhatian sebesar Getah Getih yang sebelumnya berdiri di tempat yang sama sebagai hiasan kota, masyarakat yang ditemui di sekitar lokasi mengaku instalasi ini bisa memberi kesegaran mata bagi yang melihatnya.
"Bagus sih, lebih hijau kelihatannya, dibanding yang dulu (Getah Getih) ya, banyak bunga warna warni dan rumput-rumput hijau, segar gitu kelihatannya," kata Anna ditemui di lokasi.
Instalasi gabion merupakan batu beronjong berbagai ukuran yang disusun dan dan ditahan menggunakan rangka besi. Terdapat tiga instalasi yang diletakkan secara berdampingan.
Dua instalasi setinggi kurang lebih 160 sentimeter, dan satunya lagi setinggi kurang lebih 180 sentimeter. Di atas gabion terdapat rumput hijau dan dihiasi bunga bugenvil putih dan merah.
Di sekitar instalasi tersebut, terlihat dihiasi berbagai macam tanaman, yakni lidah buaya dan bugenvil berwarna ungu, putih, dan merah. Terdapat pula batu-batu berwarna cokelat dan pasir putih.
Total Rp150 juta anggaran Dinas Kehutanan DKI Jakarta digunakan untuk mendirikan instalasi dan mempercantik sekitarnya dengan taman. Instalasi ini selain untuk mempercantik kota, juga untuk memberikan pesan mengurangi polusi dan mengenalkan berbagai jenis bunga antipolusi.
Kendati demikian, beberapa warga lainnya menilai dana yang digunakan untuk instalasi itu tidak tepat sasaran.
"Menurut saya sih lebih segar iya, tapi nggak tepat sasaran dalam artian ini kan ganti instalasi sebelumnya (Getah Getih), tapi kelihatannya sama-sama jangka pendek ya sekitar dua tahun mungkin. Sebenarnya mungkin bisa dipake anggarannya untuk perbaikan fasilitas pendidikan atau kesehatan," ujar salah satu warga yang melintas di lokasi, Erlangga.
Baca juga: Instalasi batu gabion pengganti Getah Getih dipercantik
Satu warga lainnya bernama Julianto juga mengatakan, dana tersebut bisa dipakai untuk kegiatan lainnya. Terlebih instalasi dan tanaman-tanaman hias di sekitarnya pun belum memberikan jaminan mengurangi polusi.
"Saya lihat ini belum yakin bisa kurangi polusi dengan itu, tapi usahanya pemprov perlu diapresiasi. Cuman ke depannya (umur instalasi) nggak yakin berapa lama bertahan," ujar Julianto.
Informasi yang dihimpun, instalasi gabion ini didirikan pada tanggal 16 Agustus 2019 untuk menggantikan instalasi seni bambu bernama Getah Getih yang hanya bertahan 11 bulan.
Instalasi gabion ini memiliki anggaran Rp150 yang dimaksudkan selain sebagai hiasan kota, juga sebagai pengurang polusi dan tempat pengenalan tumbuhan antipolutan bagi warga Kota Jakarta.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: