Enggartisto sebut nilai perdagangan Indonesia mulai membaik
22 Agustus 2019 13:10 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan keterangan terkait Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika 2019 di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8/2019). Kegiatan yang berlangsung 20-21 Agustus 2019 tersebut menghasilkan 11 kesepakatan bisnis antara Indonesia dengan negara-negara Afrika senilai 822 juta dolar AS. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/nz.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan kinerja perdagangan Indonesia mulai membaik yang ditandai dengan kinerja ekspor Juli 2019 yang mengalami kenaikan dan impor yang mengalami penurunan.
Ekspor Juli 2019 tercatat sebesar 15,5 miliar dolar AS atau naik 31,0 persen dibanding bulan sebelumnya (Month to Month/MoM).
“Peningkatan ekspor disebabkan peningkatan ekspor migas sebesar 115,2 persen (MoM) dan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 25,3 persen (MoM),” kata Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Enggartiasto menyampaikan secara kumulatif pada periode Januari-Juli 2019 ekspor nonmigas tercatat sebesar 88,1 miliar dolar AS atau turun 6,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.
Namun, menurut Enggartiasto, penurunan ini sedikit lebih baik dibanding periode Januari-Juni 2019 yang turun 8,6 persen. Selama periode Januari-Juli 2019, lanjutnya, ekspor seluruh sektor mengalami pelemahan. Sektor migas mengalami penurunan terbesar yaitu turun 21,8 persen (YoY), sementara tahun sebelumnya meningkat 12,4 persen (YoY).
Ekspor sektor pertambangan turun 17,1 persen, sementara tahun lalu naik 37,5 persen. Sektor industri turun 4,3 persen, di mana tahun lalu naik 6,9 persen, sedangkan sektor pertanian turun 0,2 persen (YoY), sementara tahun lalu juga turun 7,5 persen.
Pelemahan kinerja ekspor Januari-Juli 2019 disebabkan oleh faktor tekanan harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).
“Kondisi global masih menekan kinerja ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019,” jelas Mendag.
Secara keseluruhan penurunan ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019 juga dipicu melemahnya ekspor ke 10 besar negara tujuan utama, kecuali Malaysia dan Vietnam yang naik masing-masing sebesar 0,5 persen dan 20 persen.
Adapun kinerja impor selama bulan Juli 2019 tercatat sebesar 15,5 miliar dolar AS, atau turun 15,2 persen dibanding Juli 2018 (YoY), namun meningkat 35,0 persen dibanding Juni 2019 (MoM).
Secara kumulatif, selama Januari-Juli 2019, total impor Indonesia mencapai 97,7 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan 9,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 107,3 miliar dolar AS.
“Penurunan impor Januari-Juli 2019 dipicu permintaan impor migas yang turun sebesar 24,4 persen dan nonmigas turun 6,2 persen,” tegas Mendag.
Penurunan impor periode Januari-Juli 2019 tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan impor seluruh golongan barang. Impor barang konsumsi turun sebesar 10,2 persen, impor bahan baku/penolong turun 9,5 persen, dan impor barang modal turun 5,7 persen.
Barang konsumsi yang impornya mengalami penurunan signifikan, antara lain bahan bakar dan pelumas olahan (31,7 persen), makanan dan minuman olahan (24,8 persen), serta alat angkutan bukan untuk industri (21,1 persen).
Sementara itu, neraca perdagangan bulan Juli 2019 tercatat masih mengalami defisit sebesar 63,5 juta dolar AS yang disebabkan defisit neraca perdagangan migas. Perdagangan nonmigas tercatat sebesar 78,9 juta dolar AS, sedangkan neraca perdagangan migas tercatat sebesar 142,4 juta dolar AS.
Ekspor Juli 2019 tercatat sebesar 15,5 miliar dolar AS atau naik 31,0 persen dibanding bulan sebelumnya (Month to Month/MoM).
“Peningkatan ekspor disebabkan peningkatan ekspor migas sebesar 115,2 persen (MoM) dan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 25,3 persen (MoM),” kata Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Enggartiasto menyampaikan secara kumulatif pada periode Januari-Juli 2019 ekspor nonmigas tercatat sebesar 88,1 miliar dolar AS atau turun 6,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.
Namun, menurut Enggartiasto, penurunan ini sedikit lebih baik dibanding periode Januari-Juni 2019 yang turun 8,6 persen. Selama periode Januari-Juli 2019, lanjutnya, ekspor seluruh sektor mengalami pelemahan. Sektor migas mengalami penurunan terbesar yaitu turun 21,8 persen (YoY), sementara tahun sebelumnya meningkat 12,4 persen (YoY).
Ekspor sektor pertambangan turun 17,1 persen, sementara tahun lalu naik 37,5 persen. Sektor industri turun 4,3 persen, di mana tahun lalu naik 6,9 persen, sedangkan sektor pertanian turun 0,2 persen (YoY), sementara tahun lalu juga turun 7,5 persen.
Pelemahan kinerja ekspor Januari-Juli 2019 disebabkan oleh faktor tekanan harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).
“Kondisi global masih menekan kinerja ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019,” jelas Mendag.
Secara keseluruhan penurunan ekspor nonmigas selama Januari-Juli 2019 juga dipicu melemahnya ekspor ke 10 besar negara tujuan utama, kecuali Malaysia dan Vietnam yang naik masing-masing sebesar 0,5 persen dan 20 persen.
Adapun kinerja impor selama bulan Juli 2019 tercatat sebesar 15,5 miliar dolar AS, atau turun 15,2 persen dibanding Juli 2018 (YoY), namun meningkat 35,0 persen dibanding Juni 2019 (MoM).
Secara kumulatif, selama Januari-Juli 2019, total impor Indonesia mencapai 97,7 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan 9,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 107,3 miliar dolar AS.
“Penurunan impor Januari-Juli 2019 dipicu permintaan impor migas yang turun sebesar 24,4 persen dan nonmigas turun 6,2 persen,” tegas Mendag.
Penurunan impor periode Januari-Juli 2019 tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan impor seluruh golongan barang. Impor barang konsumsi turun sebesar 10,2 persen, impor bahan baku/penolong turun 9,5 persen, dan impor barang modal turun 5,7 persen.
Barang konsumsi yang impornya mengalami penurunan signifikan, antara lain bahan bakar dan pelumas olahan (31,7 persen), makanan dan minuman olahan (24,8 persen), serta alat angkutan bukan untuk industri (21,1 persen).
Sementara itu, neraca perdagangan bulan Juli 2019 tercatat masih mengalami defisit sebesar 63,5 juta dolar AS yang disebabkan defisit neraca perdagangan migas. Perdagangan nonmigas tercatat sebesar 78,9 juta dolar AS, sedangkan neraca perdagangan migas tercatat sebesar 142,4 juta dolar AS.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: