Yogyakarta (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap DIY kembali mendistribusikan 17 truk tangki air ke Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk membantu mengatasi bencana kekeringan yang melanda sebagian kabupaten tersebut saat musim kemarau 2019 ini.

“Ini adalah bantuan kesekian kalinya yang kami distribusikan untuk membantu mengatasi bencana kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Totalnya, sudah hampir sekitar 500 truk tangki bantuan air yang kami distribusikan,” kata Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY Bagus Suryanto di sela pemberangkatan truk bantuan air di Yogyakarta, Kamis.

Ia menyebut, Kabupaten Gunungkidul menjadi fokus distribusi tangki air bantuan dari ACT karena sebanyak 14 kecamatan dari total 18 kecamatan di kabupaten tersebut saat ini sedang mengalami bencana kekeringan.

Bantuan tersebut akan langsung diberikan kepada masyarakat atau ditampung di bak penampungan air yang sudah ada di wilayah. Masyarakat yang membutuhkan dapat mengantre untuk memperoleh air bersih. Setiap warga memperoleh sekitar 10 hingga 20 liter air.

Baca juga: Pemda DIY kesulitan mengatasi kesulitan air bersih di Gunung Kidul

Menurut dia, bantuan tangki air tersebut merupakan bantuan jangka pendek yang bisa dilakukan oleh lembaga kemanusiaan tersebut dengan menggandeng berbagai institusi lain seperti Universitas Islam Indonesia (UII) dan lainnya.

Sedangkan untuk bantuan jangka panjang untuk mengatasi kekeringan saat musim kemarau, katanya, dilakukan dengan cara membuat sumur dalam. Di Kabupaten Gunungkidul saat ini sudah dibangun 18 sumur dalam. Setiap sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan sekitar 60 hingga 100 kepala keluarga (KK).

“Kami pun memasang target untuk membangun minimal dua sumur dalam setiap bulannya,” kata Bagus yang menyebut dana yang dibutuhkan untuk membangun satu sumur dalam mencapai sekitar Rp50 juta.

Selain ke Kabupaten Gunungkidul, bantuan air bersih juga diberikan untuk Kabupaten Bantul dan Kulon Progo yang juga mengalami kekeringan saat musim kemarau.

Sementara itu, berdasarkan data BMKG disebutkan bahwa awal musim hujan di wilayah DIY diperkirakan terjadi pada November kecuali untuk Sleman bagian barat dan Kulon Progo bagian utara sudah memasuki musim hujan lebih cepat yaitu pada Oktober dasarian ketiga. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari dan Februari 2020.

Sedangkan untuk musim kemarau tahun ini, beberapa wilayah di DIY yang berpotensi mengalami kekeringan karena sudah lebih dari 60 hari lebih tanpa hujan yaitu di Bantul untuk kecamatan Bambanglipuro, Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Jetis, Kasihan, Kretek, Pajangan, Pandak, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Sedayu, Sewon, dan Srandakan.

Sedangkan di Kabupaten Gunungkidul terjadi di Kecamatan Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Nglipar, Paliyan, Panggan, Pathuk, Playen, Ponjong, Purwosari, Rongkpp, Saptosari, Semanu, Semin, Tanjung Sari dan Tepus.

Di Kabupaten Kulon Progo terjadi di Kecamatan Galur, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Pengasih, Sentolo, Temon danWaste. Di Kabupaten Sleman terjadi di Maguwoharjo/Santan, Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Godean, Kalasan, Minggir, Moyudan, Ngaglik, Ngemplak, Pakem, Prambanan, Sayegan, Sleman, Tempel, Turi.

Kekeringan tersebut adalah kekeringan meteorologis yaitu berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka panjang, demikian Bagus Suryanto.

Baca juga: ACT DIY targetkan 500 tangki air bersih untuk masyarakat Gunungkidul

Baca juga: Peternak Gunung Kidul mulai jual hewan ternak untuk beli air