Seruan di kampus Universitas Hasanuddin ini juga menjadi ajang pernyataan sikap mahasiswa Papua atas kekhawatiran perpecahaan yang beberapa waktu belakangan menjadi perbincangan hangat masyarakat.
Sekitar 30 mahasiswa asal Papua tampil menyerukan aspirasinya.
"Kami keluarga besar Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin menyampaikan bahwa kami tidak berhak dan tidak terpengaruh atas isu-isu yang kebanyakan yang ada di media sosial, yang berawal dari kejadian di Surabaya dan Jawa Timur hingga di Papua. Kondisi kami baik-baik saja," kata salah satu perwakilan mahasiswa Papua di depan seluruh peserta yang hadir.
Juga baca: Risma : Mahasiswa Papua sering dilibatkan kegiatan Pemkot Surabaya
Juga baca: Stafsus Presiden minta mahasiswa Papua tidak takut belajar di Jatim
Juga baca: Pemkot Surabaya dekati mahasiswa Papua secara persuasif
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes mengatakan turut prihatin dan bersimpati dengan peristiwa yang terjadi. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat ini juga mengimbau agar mahasiswa Universitas Hasanuddin tidak terpengaruh dan menyebarkan berita-berita yang dapat merusak persatuan dan kesatuan.
"Saya mengimbau agar mahasiswa Universitas Hasanuddin tidak terpancing dan terpengaruh terhadap berita-berita yang dapat merusak rajutan persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa yang bermartabat. Silahkan tetap beraktivitas seperti biasa," katanya.
Peristiwa pengepungan dan tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya berbuntut panjang. Warga Papua pun merespons dengan sejumlah aksi memblokir jalan dan membakar gedung DPRD Papua Barat.
Tidak hanya di Papua, peristiwa tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah pelajar dan mahasiswa Papua yang ada di kota lain, termasuk di Makassar.