Luhut mengatakan, Rabu, bisnis yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal akan mampu membantu upaya pengentasan kemiskinan di Afrika.
“Jadi kita jangan hanya bicara soal uang. Kalau uang kita memang tidak sebanyak negara-negara maju, tetapi kita punya pengalaman dan bisa memobilisasi kerja sama dengan negara-negara Afrika,” katanya.
Baca juga: Menlu tugaskan dubes RI petakan potensi kerja sama dengan Afrika
Luhut menjadi panelis dalam diskusi mengenai “Energi dan Pertambangan” dalam Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali, Rabu, bersama para perusahaan yang telah membangun bisnis di Afrika, yakni PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Timah Tbk, dan PT Energi Mega Persada (EMP) Tbk.
“Saya pikir kehadiran EMP, Medco, dan PT Timah di Afrika juga memberikan nilai tambah, jangan hanya mengambil sumber dayanya saja,” kata Luhut.
Ia melihat bahwa Indonesia, seperti halnya Afrika, memiliki pengalaman pahit, yaitu saat investasi asing yang masuk justru tidak memberikan manfaat bagi masyarakatnya.
Berangkat dari semangat solidaritas itu, Luhut meyakinkan negara-negara Afrika bahwa Indonesia siap bekerja sama dengan hati, dan tidak hanya berorientasi pada keuntungan.
Baca juga: Presiden RI: Indonesia-Afrika kekuatan besar jika bersatu
Terkait tantangan untuk pengembangan kerja sama dengan Afrika, Luhut menyebut pembiayaan masih menjadi masalah utama.
Karena itu, Luhut berencana membahas mengenai model-model pembiayaan infrastruktur dengan Presiden Bank Dunia, yang akan ditemuinya pada September mendatang.
Model-model pembiayaan baru, menurut Luhut, perlu dikembangkan mengingat kapasitas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank cukup terbatas untuk memanfaatkan potensi besar pasar Indonesia-Afrika, yang mencapai 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp21,36 triliun.
Baca juga: Indonesia ingin bangun ikatan kuat dengan Afrika
Baca juga: IAID hasilkan kesepakatan bisnis Rp11,7 triliun