PTK operasikan kapal berbahan bakar ganda Transko Rajawali
21 Agustus 2019 14:54 WIB
Presiden Direktur Pertamina Trans Kontinental Nepos MT Pakpahan menjelaskan mengenai peluncuran kapal Transko Rajawali milik perusahaannya, yang berbahan bakar ganda. (Naim)
Batam (ANTARA) - PT Pertamina Trans Kontinental, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) mengoperasikan kapal berbahan bakar ganda, Transko Rajawali untuk mendukung bisnis kegiatan jasa pelayaran, maritim, dan logistik serta penunjangnya.
"Kapal Transko Rajawali ini masuk sarana pelabuhan untuk kapal pandu yang mau bersandar kapal-besar, super tanker 'very large'," kata Presiden Direktur Pertamina Trans Kontinental, Nepos MT Pakpahan usai serah terima kapal dari perusahaan pembangun kapal dengan PTK di Batam, Kepulauan Riau, Rabu.
Kapal jenis harbour tug itu bisa menggunakan bahan bakar solar diesel atau LNG yang digunakan secara bergantian. Dan ini relatif menjadi yang pertama di Indonesia.
Baca juga: Dibuat di Batam, Pertamina tambah satu kapal milik
Bahan bakar solar digunakan saat kapal mengangkut barang yang berat. Sedangkan bila sedang melakukan manuver dengan kecepatan tinggi, bahan bakar diganti menjadi LNG.
"Dampaknya biaya operasi lebih murah karena LNG harganya lebih murah dari solar," kata dia.
Selain itu, penggunaan bahan bakar LNG juga lebih ramah lingkungan, mengurangi emisi buangan udara.
Penggunaan bahan bakar LNG tidak bisa seluruhnya digunakan, mengingat tempat pengisiannya juga masih terbatas.
Kapal itu rencananya digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen PTK, PT Perta Arun Gas.
"Perta Arun Gas mengelola LNG. Jadi klop, tidak kesulitan dengan bahan bakar LNG," kata dia.
Di tempat yang sama, CEO PaxOcean, yang membangun kapal itu, Tan Thai Yong mengatakan kapal dibangun sesuai dengan permintaan Pertamina Trans Kontinental, berbahan bakar ganda.
Baca juga: Penyaluran BBM di Manokwari, Sorong, dan Jayapura kembali normal
"Spesial Harbour Tug ini pertama di Indonesia, yang pertama mendesain bahan bakar ganda," kata dia.
Saat merancang kapal khusus itu, pihaknya mencoba memahami kebutuhan Pertamina terkait upaya pengisian LNG agar mudah dan efisien digunakan.
Perusahaannya juga mendukung penggunaan LNG sebagai bahan bakar yang ramah energi, demi menjaga lingkungan, "green industry".
"Kami bangga karena terpilih mendesain kapal yang dibangun modern dan efisien," kata dia.
Kapal canggih itu dibangun sekitar 900 pekerja PaxOcean bersama sekitar 1.000 pekerja dari mitra bisnisnya, yang sekitar 90 persennya adalah anak bangsa.
Kapal Transko Rajawali itu dibangun menggunakan 40 persen komponen dalam negeri, dan selebihnya diimpor dari negara luar.
"Kapal Transko Rajawali ini masuk sarana pelabuhan untuk kapal pandu yang mau bersandar kapal-besar, super tanker 'very large'," kata Presiden Direktur Pertamina Trans Kontinental, Nepos MT Pakpahan usai serah terima kapal dari perusahaan pembangun kapal dengan PTK di Batam, Kepulauan Riau, Rabu.
Kapal jenis harbour tug itu bisa menggunakan bahan bakar solar diesel atau LNG yang digunakan secara bergantian. Dan ini relatif menjadi yang pertama di Indonesia.
Baca juga: Dibuat di Batam, Pertamina tambah satu kapal milik
Bahan bakar solar digunakan saat kapal mengangkut barang yang berat. Sedangkan bila sedang melakukan manuver dengan kecepatan tinggi, bahan bakar diganti menjadi LNG.
"Dampaknya biaya operasi lebih murah karena LNG harganya lebih murah dari solar," kata dia.
Selain itu, penggunaan bahan bakar LNG juga lebih ramah lingkungan, mengurangi emisi buangan udara.
Penggunaan bahan bakar LNG tidak bisa seluruhnya digunakan, mengingat tempat pengisiannya juga masih terbatas.
Kapal itu rencananya digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen PTK, PT Perta Arun Gas.
"Perta Arun Gas mengelola LNG. Jadi klop, tidak kesulitan dengan bahan bakar LNG," kata dia.
Di tempat yang sama, CEO PaxOcean, yang membangun kapal itu, Tan Thai Yong mengatakan kapal dibangun sesuai dengan permintaan Pertamina Trans Kontinental, berbahan bakar ganda.
Baca juga: Penyaluran BBM di Manokwari, Sorong, dan Jayapura kembali normal
"Spesial Harbour Tug ini pertama di Indonesia, yang pertama mendesain bahan bakar ganda," kata dia.
Saat merancang kapal khusus itu, pihaknya mencoba memahami kebutuhan Pertamina terkait upaya pengisian LNG agar mudah dan efisien digunakan.
Perusahaannya juga mendukung penggunaan LNG sebagai bahan bakar yang ramah energi, demi menjaga lingkungan, "green industry".
"Kami bangga karena terpilih mendesain kapal yang dibangun modern dan efisien," kata dia.
Kapal canggih itu dibangun sekitar 900 pekerja PaxOcean bersama sekitar 1.000 pekerja dari mitra bisnisnya, yang sekitar 90 persennya adalah anak bangsa.
Kapal Transko Rajawali itu dibangun menggunakan 40 persen komponen dalam negeri, dan selebihnya diimpor dari negara luar.
Pewarta: Yunianti Jannatun Naim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: