Permintaan bahan bangunan di Palu meningkat drastis
21 Agustus 2019 12:28 WIB
Pembangunan hunian tetap untuk korban gempa, tsunami dan likuefaksi Kota Palu, Sulawesi Tengah di lokasi relokasi Kelurahan Tondo dan Talise, Kecamatan Mantikulore yang disediakan Buddha Tzu Chi sekitar 1.500 unit. (ANTARA/Moh Ridwan)
Palu (ANTARA) - Para pedagang di Palu, Sulawesi Tengah, mengaku dalam beberapa bulan terakhir ini setelah bencana alam gempabumi 7,4 SR dan tsunami serta likuefkasi di sejumlah wilayah di daerah itu cenderung meningkat drastis dibandingkan sebelum terjadinya bencana alam itu pada 28 September 2018.
Aweng, seorang penjualan bahan bangunan di wilayah Jalan Towua, Kecamatan Palu Selatan, Rabu membenarkan permintaan masyarakat terhadap beberapa bahan bangunan seperti semen dan baja ringan cukup tinggi. Bahkan, stok semen dan baja ringan seringkali habis karena banyaknya permintaan.
Dia mengaku sejak terjadinya bencana alam dasyat di sejumlah wilayah di Sulteng seperti Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu dan Kabupaten Sigi, bahan bangunan semen dan baja ringan sangat laris dijual.
Pedagang bahkan kewalahan untuk memenuhi semua permintaan masyarakat, padahal stok yang ada cukup memadai. "Tapi karena permintaan tinggi, makanya berapapun stok yang ada tetap tidak cukup sehingga harus mendatangkan lagi dari Surabaya," kata dia.
Hal senada juga disampaikan Aming, seorang pedagang bahan bangunan di bilangan Jalan Mongindisi, Kecamatan Palu Selatan. Ia juga mengaku permintaan terhadap berbagai jenis bahan bangunan terutama semen, baja ringan, tripleks dan seng serta cat cukup tinggi.
Hal itu bisa dilihat saban hari ada banyak yang datang berbelanja di toko-toko bahan bangunan. Harga semen bervariasi antara Rp60.000 - Rp65.000/sak. Harga semen sempat melonjak tajam hingga mencapai Rp80.000/sak selama tiga bulan pasca bencana gempa bumi. Berikutnya, harga baja ringan ukuran 75X70 cm untuk merek Kaso dan Taso dijual pedagang Rp90.000/batang. Sebelumnya harga normal sebelum bencana Rp60.000/batang.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah, Zainuddin Hak mengatakan tingginya permintaan terhadap bahan bangunan di Palu dikarenakan banyak bangunan yang rusak akibat gempa mulai dibangun kembali baik bangunan pemerintah mapun rumah-rumah warga.
Dalam beberapa bulan terakhir ini memang pembangunan, termasuk infranstruktur yang rusak seperti jaringan irigasi, jembatan, jalan, perkantoran, sarana pendidikan, kesehatan dan rumah penduduk terus digenjot.
Belum lagi bangunan lain seperti hotel-hotel yang rusak diterjang gempa bumi, tsunami dan likuefaksi mulai dibangun lagi sehingga membutuhkan banyak bahan bangunan.
Guna kelancaran pembangunan pasca bencana alam di beberapa wilayah di Sulteng, pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan para distributor dan pedagang bahan bangunan untuk menyediakan stok dalam jumlah yang memadai. Langkah tersebut sekaligus untuk menjaga kestabilan harga bahan bangunan di pasaran.
"Kami terus melakukan pengecekan dan jika stok mulai menipis, langsung meminta kepada distributor dan pedagang untuk segera menambah pasokan agar tidak terjadi kelangkaan yang dapat menimbulkan gejolak harga," ujarnya.
Baca juga: Struktur bangunan simetris lebih tahan gempa
Baca juga: Kemendag dorong ekspor bahan bangunan
Aweng, seorang penjualan bahan bangunan di wilayah Jalan Towua, Kecamatan Palu Selatan, Rabu membenarkan permintaan masyarakat terhadap beberapa bahan bangunan seperti semen dan baja ringan cukup tinggi. Bahkan, stok semen dan baja ringan seringkali habis karena banyaknya permintaan.
Dia mengaku sejak terjadinya bencana alam dasyat di sejumlah wilayah di Sulteng seperti Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu dan Kabupaten Sigi, bahan bangunan semen dan baja ringan sangat laris dijual.
Pedagang bahkan kewalahan untuk memenuhi semua permintaan masyarakat, padahal stok yang ada cukup memadai. "Tapi karena permintaan tinggi, makanya berapapun stok yang ada tetap tidak cukup sehingga harus mendatangkan lagi dari Surabaya," kata dia.
Hal senada juga disampaikan Aming, seorang pedagang bahan bangunan di bilangan Jalan Mongindisi, Kecamatan Palu Selatan. Ia juga mengaku permintaan terhadap berbagai jenis bahan bangunan terutama semen, baja ringan, tripleks dan seng serta cat cukup tinggi.
Hal itu bisa dilihat saban hari ada banyak yang datang berbelanja di toko-toko bahan bangunan. Harga semen bervariasi antara Rp60.000 - Rp65.000/sak. Harga semen sempat melonjak tajam hingga mencapai Rp80.000/sak selama tiga bulan pasca bencana gempa bumi. Berikutnya, harga baja ringan ukuran 75X70 cm untuk merek Kaso dan Taso dijual pedagang Rp90.000/batang. Sebelumnya harga normal sebelum bencana Rp60.000/batang.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah, Zainuddin Hak mengatakan tingginya permintaan terhadap bahan bangunan di Palu dikarenakan banyak bangunan yang rusak akibat gempa mulai dibangun kembali baik bangunan pemerintah mapun rumah-rumah warga.
Dalam beberapa bulan terakhir ini memang pembangunan, termasuk infranstruktur yang rusak seperti jaringan irigasi, jembatan, jalan, perkantoran, sarana pendidikan, kesehatan dan rumah penduduk terus digenjot.
Belum lagi bangunan lain seperti hotel-hotel yang rusak diterjang gempa bumi, tsunami dan likuefaksi mulai dibangun lagi sehingga membutuhkan banyak bahan bangunan.
Guna kelancaran pembangunan pasca bencana alam di beberapa wilayah di Sulteng, pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan para distributor dan pedagang bahan bangunan untuk menyediakan stok dalam jumlah yang memadai. Langkah tersebut sekaligus untuk menjaga kestabilan harga bahan bangunan di pasaran.
"Kami terus melakukan pengecekan dan jika stok mulai menipis, langsung meminta kepada distributor dan pedagang untuk segera menambah pasokan agar tidak terjadi kelangkaan yang dapat menimbulkan gejolak harga," ujarnya.
Baca juga: Struktur bangunan simetris lebih tahan gempa
Baca juga: Kemendag dorong ekspor bahan bangunan
Pewarta: Anas Masa
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: