Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pemerintah mendesain RAPBN 2020 secara hati-hati namun responsif dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian.

"Sinyal yang ingin disampaikan adalah Indonesia mendesain APBN secara prudent, hati-hati, namun kita juga sangat responsif," ujar Sri Mulyani saat menghadiri seminar nasional di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan bahwa RAPBN 2020 didesain bertujuan untuk menjaga fiscal space atau pengeluaran tidak terikat Indonesia serta dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian.

Kendati didesain secara hati-hati, RAPBN 2020 juga bersifat responsif yang ditunjukkan melalui kebijakan sisi penerimaan maupun dari kebijakan belanja untuk ikut serta menyelesaikan masalah-masalah fundamental maupun antisipasi terjadinya kondisi cyclical.

"Maka dari itu kita juga akan terus menjaga APBN itu sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dengan tetap fokus kepada tujuan kita bernegara," kata Menkeu.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pidato RAPBN 2020 serta Nota Keuangannya mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 dipatok sebesar 5,3 persen dengan penggerak utama adalah konsumsi dan investasi. Pemerintah juga menetapkan asumsi ekonomi makro lainnya, yaitu tingkat inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat.

Di tengah kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian, nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar Amerika Serikat.

Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi. Suku bunga SPN 3 bulan juga diperkirakan berada di tingkat 5,4 persen. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan sekitar 65 dolar AS per barel.

Baca juga: DPR: RAPBN 2020 harus terfokus pada empat bidang

Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah buat terobosan capai pertumbuhan 6 persen