Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian telah menyusun peta jalan (roadmap) pengembangan industri permesinan yang terintegrasi dengan kebijakan bahan bakar nabati (biofuel) nasional.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan peta jalan tersebut dapat menjadi panduan bagi produsen dan konsumen untuk menyusun rencana bisnis industri ke depan, termasuk penguatan pengusahaan teknologi

"Kerangka kerja tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan industri permesinan nasional yang rendah emisi karbon dan berwawasan lingkungan," kata menteri dalam sambutannya pada diskusi yang digelar Kementerian Perindustrian di Jakarta, Selasa.

Menperin berharap nantinya industri berbahan bakar fleksibel (flexy fuel) berbasis bahan bakar nabati dapat tumbuh berdampingan dengan industri kendaraan listrik, hybrid, dan yang rendah emisi lainnya.

Untuk itu, Kemenperin telah mengusulkan agar Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) kendaraan ditentukan berdasarkan emisi karbon sebagai bentuk insentif bagi konsumen.

"Flexy engine termasuk jenis kendaraan yang bakal mendapatkan insentif dalam revisi Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2013 tentang PPnBM," kata Airlangga.

Pada Revisi PP 41/2013 nanti, jika kendaraan tersebut menggunakan bahan bakar nabati 100 persen atau B100, akan mendapatkan insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar 8 persen, dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakal fosil dikenakan sebesar 10-15 persen.

Saat ini Pemerintah juga mendorong penggunaan B100 yang setara dengan standar emisi Euro 4 yang bisa dimanfaatkan sebagai biodiesel, bio gasoline, dan bio avtur.

Menperin pun mengapresiasi tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB) terhadap upaya pengembangan teknologi katalis Merah Putih, yang mampu memproduksi bahan bakar hijau (green fuel) berupa bensin hijau, diesel hijau, dan avtur hijau langsung dari minyak sawit (drop in biofuel).

"Kami sangat menaruh perhatian pada proses produksi green gasoline, di mana tren konsumsi bahan bakar mesin bensin selalu meningkat," kata Menperin.

Selain itu, teknologi tersebut juga menghasilkan produk samping ELPIJI hijau, yang akan mendukung rancangan Bauran Energi Nasional yang berbasis energi baru terbarukan

Baca juga: Akademisi: sawit sumber energi alternatif terbaik gantikan fosil
Baca juga: Pengamat: pemerintah perlu bangun "kebun energi"