Jakarta (ANTARA) - Sosiolog dari Universitas Nasional Sigit Rochadi mengatakan elit pemerintahan dan elit masyarakat harus mengajak masyarakat seluruh Indonesia antaretnik untuk menjaga kebersamaan guna meredakan ketegangan antaretnik yang terjadi di Papua dan Jawa Timur.

Sigit mengatakan di Jakarta, Selasa, pemimpin daerah di Papua maupun Jawa Timur harus memberikan pernyataan yang tidak mendikotomikan antara etnis Papua dan nonPapua, serta harus bersikap simpatik juga tidak memperuncing persoalan.

"Pada elit masyarakat setempat harus mengumpulkan, menyosialisasikan tentang pentingnya menjaga kebersamaan dan itu harus kita akui," kata Sigit.

Dia mengatakan persoalan terkait ketegangan antaretnik di daerah harus bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah daerah, bukan diselesaikan oleh pemerintah pusat.

Sigit juga menganjurkan pada warga Papua dan etnik lainnya yang berada di luar daerahnya untuk bisa membaur dengan masyarakat kultur lain.

"Orang Papua, kalau di luar Papua jangan hanya berkumpul di kalangan Papua sendiri, harus bergaul dengan kelompok etnik lain Indonesia secara luas. Yang saya sayangkan, teman teman Papua kuliah di Yogya ya asramanya Papua, kuliah di Jakarta khusus Papua, ini tidak memberi pelajaran penting bagi mereka ketika nanti pulang," kata Sigit.

Hal tersebut juga berlaku bagi kelompok etnik lain di Indonesia untuk berbaur dengan masyarakat multikultur ketika merantau di luar daerahnya.

Gagasan dari Sigit tersebut yang rencananya akan dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang bakal mendirikan wisma nusantara yaitu tempat berkumpul para mahasiswa dari berbagai suku di Indonesia yang mengenyam pendidikan di wilayahnya.

Baca juga: Khofifah minta maaf pada warga Papua atas kejadian di Surabaya-Malang
Baca juga: IKBPS: Warga Papua di Surabaya dalam keadaan baik
Baca juga: Khofifah bernyanyi lagu daerah Papua di Surabaya