Hujan guyur Kotim diharapkan mampu padamkan kebakaran lahan
19 Agustus 2019 18:19 WIB
Imam Triyanto, warga Desa Cempaka Mulia Barat Kecamatan Cempaga menggunakan payung saat ke luar rumah karena hujan deras mengguyur sejak siang hingga sore, Senin (19/8/2019). (Foto Jurnalis Warga)
Sampit (ANTARA) - Hujan ringan hingga lebat yang mulai mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diharapkan mampu memadamkan kebakaran lahan yang masih terjadi.
"Meski tidak terlalu deras, mudah-mudahan hujan ini bisa memadamkan kebakaran lahan. Setidaknya, ini mengurangi asap dan memperbaiki kualitas udara di Sampit," kata Rahman, warga Sampit, Senin.
Hujan terjadi pada waktu dan curah hujan beragam di sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur (Kotim), seperti di Sampit, hujan ringan beberapa kali terjadi mulai siang hingga sore namun tidak merata.
Masyarakat menyambut gembira turunnya hujan dengan harapan kebakaran lahan bisa padam dan asap tidak muncul lagi. Belum lama ini asap pekat sempat menyaput Sampit sehingga sebagian warga memilih menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Selain di Sampit, hujan dikabarkan juga terjadi di sejumlah kecamatan di kawasan luar kota. Bahkan di beberapa tempat, hujan turun cukup lebat sehingga membuat udara terasa sejuk dan segar kembali.
"Hujan di Kecamatan Cempaga deras sekali. Mulai pukul 13.00 WIB sampai sekarang masih hujan," kata Imam Triyanto, guru SDN 4 Cempaka Mulia Barat.
Pria yang juga Ketua Karang Taruna Kecamatan Cempaga ini berharap intensitas hujan meningkat dan merata sehingga kebakaran lahan dan kabut asap di Kotawaringin Timur bisa berakhir. Hujan juga sangat dibutuhkan agar pertanian dan pemenuhan air bersih bagi masyarakat kembali normal.
"Kami prihatin karena kebakaran lahan dan kabut asap menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, pendidikan dan kegiatan ekonomi masyarakat. Semoga saja hujan makin sering turun sehingga kebakaran bisa berakhir," harap Imam.
Namun berbeda dengan kawasan selatan yang sebagian belum juga diguyur hujan. Padahal selama ini kawasan selatan yakni Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut, merupakan kawasan paling parah terjadi kebakaran lahan.
"Sampai sore ini belum ada hujan, padahal di wilayah lain seperti kawasan Kota Sampit dan beberapa kecamatan, terjadi hujan. Mudah-mudahan di sini juga segera turun hujan," kata Memet, warga Kecamatan Mentaya Hilir Utara.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan membenarkan hujan terjadi di sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur. Namun dia mengimbau masyarakat tetap waspada karena intensitas hujan diprediksi masih rendah.
"Informasi sementara yang kami terima, hujan terjadi di Pelantaran dan Sampit. Untuk wilayah lain berdasarkan citra satelit, hujan terjadi di Antang Kalang, Bukit Santuai, Telaga Antang, Kotabesi, Telawang dan Cempaga. Dari analisis kondisi atmosferc, cuaca seperti ini terjadi dua sampai tiga hari, untuk selanjutnya kembali kering," kata Nur Setiawan.
Baca juga: Polisi pasang garis polisi 71 lokasi kebakaran lahan
Baca juga: Kebakaran lahan di Kotawaringin Timur meluas ke perkebunan sawit
Baca juga: Dua helikopter dikerahkan padamkan kebakaran lahan di Kotim
"Meski tidak terlalu deras, mudah-mudahan hujan ini bisa memadamkan kebakaran lahan. Setidaknya, ini mengurangi asap dan memperbaiki kualitas udara di Sampit," kata Rahman, warga Sampit, Senin.
Hujan terjadi pada waktu dan curah hujan beragam di sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur (Kotim), seperti di Sampit, hujan ringan beberapa kali terjadi mulai siang hingga sore namun tidak merata.
Masyarakat menyambut gembira turunnya hujan dengan harapan kebakaran lahan bisa padam dan asap tidak muncul lagi. Belum lama ini asap pekat sempat menyaput Sampit sehingga sebagian warga memilih menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Selain di Sampit, hujan dikabarkan juga terjadi di sejumlah kecamatan di kawasan luar kota. Bahkan di beberapa tempat, hujan turun cukup lebat sehingga membuat udara terasa sejuk dan segar kembali.
"Hujan di Kecamatan Cempaga deras sekali. Mulai pukul 13.00 WIB sampai sekarang masih hujan," kata Imam Triyanto, guru SDN 4 Cempaka Mulia Barat.
Pria yang juga Ketua Karang Taruna Kecamatan Cempaga ini berharap intensitas hujan meningkat dan merata sehingga kebakaran lahan dan kabut asap di Kotawaringin Timur bisa berakhir. Hujan juga sangat dibutuhkan agar pertanian dan pemenuhan air bersih bagi masyarakat kembali normal.
"Kami prihatin karena kebakaran lahan dan kabut asap menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, pendidikan dan kegiatan ekonomi masyarakat. Semoga saja hujan makin sering turun sehingga kebakaran bisa berakhir," harap Imam.
Namun berbeda dengan kawasan selatan yang sebagian belum juga diguyur hujan. Padahal selama ini kawasan selatan yakni Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut, merupakan kawasan paling parah terjadi kebakaran lahan.
"Sampai sore ini belum ada hujan, padahal di wilayah lain seperti kawasan Kota Sampit dan beberapa kecamatan, terjadi hujan. Mudah-mudahan di sini juga segera turun hujan," kata Memet, warga Kecamatan Mentaya Hilir Utara.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan membenarkan hujan terjadi di sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur. Namun dia mengimbau masyarakat tetap waspada karena intensitas hujan diprediksi masih rendah.
"Informasi sementara yang kami terima, hujan terjadi di Pelantaran dan Sampit. Untuk wilayah lain berdasarkan citra satelit, hujan terjadi di Antang Kalang, Bukit Santuai, Telaga Antang, Kotabesi, Telawang dan Cempaga. Dari analisis kondisi atmosferc, cuaca seperti ini terjadi dua sampai tiga hari, untuk selanjutnya kembali kering," kata Nur Setiawan.
Baca juga: Polisi pasang garis polisi 71 lokasi kebakaran lahan
Baca juga: Kebakaran lahan di Kotawaringin Timur meluas ke perkebunan sawit
Baca juga: Dua helikopter dikerahkan padamkan kebakaran lahan di Kotim
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: