Mendag: RI-Mozambik tunggu kecocokan jadwal, teken perjanjian dagang
19 Agustus 2019 16:15 WIB
Ilustrasi: Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) berbincang dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Mozambik Ragendra Berta de Sousa saat mengadakan pertemuan bilateral di sela Forum Indonesia Afrika (IAF) 2018 di Nusa Dua, Bali (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/wdy/2018).
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia akan memasuki pasar baru di Afrika dengan segera ditandatanganinya kerja sama perjanjian dagang Indonesia-Mozambik Preferential Trade Agreement (PTA) dalam waktu dekat.
Enggartiasto mengatakan penandatanganan Indonesia-Mozambik PTA masih menunggu kecocokan jadwal dengan Menteri Industri dan Perdagangan Mozambik.
"Saya tinggal menunggu karena menterinya harus dapat izin dari presidennya, sama-sama menyesuaikan schedule," kata Enggartiasto Lukita usai menghadiri diskusi CEO Connect -Exploring Asean di Jakarta, Senin.
Enggartiasto menjelaskan bahwa Indonesia-Mozambik PTA merupakan kerja sama bilateral pertama bagi Indonesia dengan negara Afrika. Menurut dia, Mozambik menjadi hub atau pintu masuk peluang pasar ekspor Indonesia ke negara-negara lain Afrika.
Selain dengan Mozambik, kerja sama dengan negara Afrika juga akan dilakukan pada tahun ini, yakni dengan Tunisia dan Maroko.
Sementara itu di luar Afrika, Indonesia melakukan sejumlah perjanjian dagang lainnya dan ditargetkan dapat selesai pada tahun ini, antara lain Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Bahkan, Enggartiasto menambahkan bahwa sudah ada pembicaraan terkait kerja sama bilateral dengan Selandia Baru sebagai bagian dari perundingan RCEP. Perjanjian dagang dengan Selandia Baru juga untuk membuka pasar ekspor ke negara-negara di Samudra Pasifik Selatan, seperti Samoa, Fiji dan Tonga.
"Sesuatu yang menarik adalah Selandia Baru juga meminta untuk kerja sama bilateral. Segera diselesaikan, sudah ada pembicaraan. Kemarin waktu di RCEP disampaikan kepada saya dengan menterinya," kata Enggartiasto.
Ia menilai bahwa Indonesia harus bergerak cepat dalam mengambil peluang dari perjanjian-perjanjian dagang di tengah perlambatan ekonomi global saat ini termasuk perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta memanasnya hubungan bilateral Jepang dan Korea Selatan.
"Mozambik itu pintu masuk dengan negara lain, sama seperti Chile sebagai pintu masuk untuk sebagian negara Eropa dan Afrika Utara. Banyak hal yang kita sikapi, kalau tidak akan sulit sekali," kata dia.
Enggartiasto mengatakan penandatanganan Indonesia-Mozambik PTA masih menunggu kecocokan jadwal dengan Menteri Industri dan Perdagangan Mozambik.
"Saya tinggal menunggu karena menterinya harus dapat izin dari presidennya, sama-sama menyesuaikan schedule," kata Enggartiasto Lukita usai menghadiri diskusi CEO Connect -Exploring Asean di Jakarta, Senin.
Enggartiasto menjelaskan bahwa Indonesia-Mozambik PTA merupakan kerja sama bilateral pertama bagi Indonesia dengan negara Afrika. Menurut dia, Mozambik menjadi hub atau pintu masuk peluang pasar ekspor Indonesia ke negara-negara lain Afrika.
Selain dengan Mozambik, kerja sama dengan negara Afrika juga akan dilakukan pada tahun ini, yakni dengan Tunisia dan Maroko.
Sementara itu di luar Afrika, Indonesia melakukan sejumlah perjanjian dagang lainnya dan ditargetkan dapat selesai pada tahun ini, antara lain Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Bahkan, Enggartiasto menambahkan bahwa sudah ada pembicaraan terkait kerja sama bilateral dengan Selandia Baru sebagai bagian dari perundingan RCEP. Perjanjian dagang dengan Selandia Baru juga untuk membuka pasar ekspor ke negara-negara di Samudra Pasifik Selatan, seperti Samoa, Fiji dan Tonga.
"Sesuatu yang menarik adalah Selandia Baru juga meminta untuk kerja sama bilateral. Segera diselesaikan, sudah ada pembicaraan. Kemarin waktu di RCEP disampaikan kepada saya dengan menterinya," kata Enggartiasto.
Ia menilai bahwa Indonesia harus bergerak cepat dalam mengambil peluang dari perjanjian-perjanjian dagang di tengah perlambatan ekonomi global saat ini termasuk perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta memanasnya hubungan bilateral Jepang dan Korea Selatan.
"Mozambik itu pintu masuk dengan negara lain, sama seperti Chile sebagai pintu masuk untuk sebagian negara Eropa dan Afrika Utara. Banyak hal yang kita sikapi, kalau tidak akan sulit sekali," kata dia.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: