Mekkah (ANTARA) - Naib Amirul Hajj Busyro Muqoddas menilai penyelenggaraan haji tahun ini semakin baik dari sisi teknis termasuk layanan kepada jamaah namun masih perlu ditingkatkan dari sisi pendalaman materi bimbingan ibadah kepada jamaah.

Busyro Muqoddas di Kota Jeddah, Minggu, mengatakan penyelenggaraan ibadah haji ini merupakan manifestasi kerja dari tim yang merupakan tim kerja yang bagus.

“Tidak hanya Kementerian Agama, tapi juga Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, dan juga ormas-ormas Islam yang merepresentasikan ormas itu secara keseluruhan,” kata Busyro yang mewakili ormas yakni Muhammadiyah sebagai delegasi Amirul Hajj.

Saat terjun langsung ke lapangan, ia juga berkeliling dari satu pondokan ke pondokan jamaah yang lain untuk memastikan jamaah mendapatkan layanan sebagaimana yang diharapkan.

“Nah di lapangan ini kemudian didukung oleh sejumlah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang jumlahnya seluruh Indonesia itu 4.300an. Dari jumlah PPIH secara nasional itu, pelaksanaannya di lapangan, mereka taat prinsip,” katanya.

Baca juga: Pada 2020 tenda bertingkat Mina akan bisa dinikmati jamaah Indonesia

Prinsip yang dimaksud yakni pola-pola pengelolaan layanan yang sudah diterapkan garis-garis besarnya oleh manajemen yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag.

“Sehingga risiko-risiko tinggi, walaupun masih ada, tapi berkurang. Terutama yang meninggal. Kemudian juga risiko-risiko yang harus terpental, atau terpisah dari jamaahnya itu bisa segera dikomunikasikan dengan baik dan relatif dapat dikurangi risiko-risiko yang lebih jauh yang mungkin terjadi,” katanya.

Selain itu, ia melihat, diplomasi urusan haji juga dapat dilakukan dengan baik oleh Kemenag, Dubes RI untuk Arab Saudi, dan Konjen RI di Jeddah.

Dengan begitu, kata dia, baru tahun ini penyelenggaraan ibadah haji di Arafah kemahnya bisa disetujui menggunakan AC oleh Pemerintah Arab Saudi dah Gubernur Mekkah.

Baca juga: Amirul Hajj tetapkan 2020 sebagai tahun peningkatan kualitas haji

Menurut Busyro, sistem manajemen haji tidak hanya mengandalkan manajemen internal di Indonesia saja. Tapi juga, hubungan diplomasinya dengan Pemerintah Arab Saudi.

“Dan etos kerja yang dimiliki PPIH yang jumlahnya 4.300an ini menggambarkan kerja tim yang bagus sekali. Walaupun mereka ada yang sebagian terpaksa mendadak harus direkrut karena terkait 10 ribu kuota tambahan itu, itu yang diumumkan oleh pemerintah sini waktunya kurang longgar. Persiapannya walaupun mepet, tapi bisa diatasi dengan baik,” katanya.

Pihaknya sebagai wakil ormas telah melakukan evaluasi dalam lingkup Amirul Hajj bahwa aspek penyelenggaraan haji yang paling memiliki tingkat kompleksitas masalah tinggi ada di Arafah dan Mina.

“Tentang fasilitas yang masih terbatas untuk fasilitas MCK. Indonesia sudah menjalin komunikasi ini, dicontohkan kalau di Mina itu mulai dipertimbangkan bangunan kemah itu bertingkat. Sehingga bisa saja bangunan MCK itu juga dibuat bertingkat,” katanya.

Baca juga: Amirul Hajj kumpulkan jajarannya jelang kepulangan ke Tanah Air
Baca juga: Jamaah haji asal Jabar meriahkan lomba balap karung di Mekkah