Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta, Kamis sore terpuruk mendekati angka Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku berlanjut membeli dolar AS yang terpicu oleh menguat harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.270/9.280 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.229/9.268 atau melemah 41 poin lebih tinggi dari sesi sebelumnya hanya 26 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan bahwa apabila tekanan negatif pasar itu berlanjut maka rupiah akan bisa mencapai angka Rp9.300 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan bisa mencapai angka Rp9.300 per dolar AS, melihat tekanan pasar semakin besar," ujarnya. Ia mengatakan, kenaikan harga minyak mentah dunia mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Asia khususnya Indonesia semakin berat. Indonesia harus mencari alternatif lainnya untuk bisa menghadapi gejolak harga minyak mentah menghindari makin tergerusnya defisit anggaran pemerintah, katanya. Karena itu, lanjut dia opsi terakhir dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah adalah menaikkan harga bahan bakar minyak, agar defisit anggara tidak terjadi lagi, katanya. Rupiah, menurut dia, sebenarnya mendapat dukungan dari selisih bunga rupiah yang tinggi, dan kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin, namun sentimen itu seolah lenyap tidak bereaksi atas tekanan global itu. "Kami memperkirakan rupiah pada hari berikut akan masih terpuruk, karena sentimen positif yang ada dari internal kurang mendukung pergerakan rupiah," ucapnya. Apalagi, lanjut dia, pasar saham regional juga melemah yang memberikan tekanan negatif terhadap pasar uang domestik seperti indek Nikkei yang turun 0,9 persen. Karena itu sulit bagi rupiah untuk bisa menguat karena tekanan negatif cenderung lebih besar ketimbang lainnya, ujarnya. Kondisi ini juga akan semakin memburuk, apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak yang diperkirakan mencapai 30 persen, demikian Kostaman Thayib. (*)