Pidato Kenegaraan
Nasir: industri komponen mobil listrik dipicu dengan pengurangan pajak
16 Agustus 2019 21:26 WIB
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan sambutan dalam acara pengumuman Klasterisasi Perguruan Tinggi Tahun 2019 di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat (16/8). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan untuk mengembangkan produksi mobil listrik massal, maka industri komponen mobil listrik dipicu tumbuh dengan berbagai dukungan dan insentif, salah satunya dengan insentif pengurangan pajak.
"Kesiapan yang kami lakukan untuk mobil listrik sendiri itu adalah risetnya sudah selesai, prototipenya sudah selesai, tahap selanjutnya adalah bagaiaman men-'scaling up' (mengembangkan bisnis), jadi 'scale up'-nya ini yang menjadi penting," kata Menristekdikti kepada wartawan usai acara pengumuman Klasterisasi Perguruan Tinggi Tahun 2019 di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat.
Dia menuturkan ada lima perguruan tinggi yang terlibat dalam mengembangkan prototipe mobil listrik, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
"Ini sudah diuji coba, sudah jalan dengan baik, tapi bagaimana ke industri ini yang menjadi masalah," tuturnya.
Dia mengatakan pihaknya mendorong agar mobil listrik di Indonesia bisa terwujud dengan pemanfaatannya secara publik.
"Kalau ini ada industri yang akan meng-'endorse', saya akan bicara dengan Menteri BUMN juga nanti kalau bisa paling lambat 2022 sudah merayap di Indonesia, harapannya begitu," tutur Nasir.
Dia mengatakan super tax deduction, yakni pengurangan pajak hingga 300 persen dapat diberikan kepada industri yang mengembangkan mobil listrik tersebut. Insentif itu diharapkan dapat berlaku pada industri komponen mobil listrik sehingga menjadi pemicu untuk tumbuhnya industri itu.
Dia mengatakan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk pembuatan mobil listrik harus ditingkatkan menjadi 60 persen. Saat ini pemakaian TKDN dalam prototipe mobil listrik masih sebesar 30 persen. Komponen krusial kendaraan berbasis listrik yang masih dikembangkan di Indonesia adalah baterai lithium.
"Obsesi saya TKDN-nya bisa 60 persen. Kalau prototipe saat ini masih di angka 30 persen," ujar Nasir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap di masa akan datang, industri mobil listrik bangsa Indonesia akan tumbuh.
"Kita sudah mulai membuka ruang pengembangan mobil listrik tapi kita ingin lebih dari itu, kita ingin membangun industri mobil listrik sendiri," kata Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan Jakarta, Jumat.
Baca juga: Presiden ingin bangun industri mobil listrik
Baca juga: Perpres: pemerintah beri insentif untuk percepat program mobil listrik
"Kesiapan yang kami lakukan untuk mobil listrik sendiri itu adalah risetnya sudah selesai, prototipenya sudah selesai, tahap selanjutnya adalah bagaiaman men-'scaling up' (mengembangkan bisnis), jadi 'scale up'-nya ini yang menjadi penting," kata Menristekdikti kepada wartawan usai acara pengumuman Klasterisasi Perguruan Tinggi Tahun 2019 di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat.
Dia menuturkan ada lima perguruan tinggi yang terlibat dalam mengembangkan prototipe mobil listrik, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
"Ini sudah diuji coba, sudah jalan dengan baik, tapi bagaimana ke industri ini yang menjadi masalah," tuturnya.
Dia mengatakan pihaknya mendorong agar mobil listrik di Indonesia bisa terwujud dengan pemanfaatannya secara publik.
"Kalau ini ada industri yang akan meng-'endorse', saya akan bicara dengan Menteri BUMN juga nanti kalau bisa paling lambat 2022 sudah merayap di Indonesia, harapannya begitu," tutur Nasir.
Dia mengatakan super tax deduction, yakni pengurangan pajak hingga 300 persen dapat diberikan kepada industri yang mengembangkan mobil listrik tersebut. Insentif itu diharapkan dapat berlaku pada industri komponen mobil listrik sehingga menjadi pemicu untuk tumbuhnya industri itu.
Dia mengatakan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk pembuatan mobil listrik harus ditingkatkan menjadi 60 persen. Saat ini pemakaian TKDN dalam prototipe mobil listrik masih sebesar 30 persen. Komponen krusial kendaraan berbasis listrik yang masih dikembangkan di Indonesia adalah baterai lithium.
"Obsesi saya TKDN-nya bisa 60 persen. Kalau prototipe saat ini masih di angka 30 persen," ujar Nasir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap di masa akan datang, industri mobil listrik bangsa Indonesia akan tumbuh.
"Kita sudah mulai membuka ruang pengembangan mobil listrik tapi kita ingin lebih dari itu, kita ingin membangun industri mobil listrik sendiri," kata Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan Jakarta, Jumat.
Baca juga: Presiden ingin bangun industri mobil listrik
Baca juga: Perpres: pemerintah beri insentif untuk percepat program mobil listrik
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: