Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan terkait Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat adanya impor dari China ke Indonesia pada Juli 2019 mencapai 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp2,1 triliun itu merupakan impor yang didominasi oleh barang modal.

“Lebih banyak barang modal. Itu bagus dalam arti kalau masuk barang modal,” katanya saat ditemui di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan, impor barang modal dilakukan karena memang tidak tersedia dan diproduksi di dalam negeri seperti mesin sehingga tidak masalah karena dapat mendorong dalam peningkatan produktivitas industri dalam negeri.

“Bagus sebenarnya dalam artian masuknya barang modal, bukan konsumsi karena industrinya tumbuh,” ujarnya.

Selain itu, ia menuturkan bahwa sebenarnya data ekspor dan impor yang diterima oleh BPS berasal dari kementeriannya.

Sebelumnya, BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Juli 2019 mencapai 15,51 miliar dolar AS atau naik 34,96 persen daripada Juni 2019.

Dari peningkatan impor tersebut, impor non-migas tertinggi pada Juli 2019 berasal dari China yaitu mencapai 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp21,1 triliun.


Baca juga: Pemerintah selidiki penyebab kenaikan impor konsumsi dari China
Baca juga: Defisit perdagangan terbesar Juli dipicu impor migas dan mesin