Pidato Kenegaraan
DPR: efek disrupsi teknologi terhadap bursa kerja bisa diantisipasi
16 Agustus 2019 14:36 WIB
Ketua DPR Bambang Soesatyo (kiri) didampingi Wakil Ketua DPR Utut Adianto (kedua kiri) dan Agus Hermanto (kedua kanan) menerima laporan akhir Pansus Angket tentang Pelindo II dari Ketua Pansus Panitia Angket DPR, Rieke Diah Pitaloka (kanan) saat Rapat Paripuna ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2018-2019 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/7/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka mengatakan bahwa efek disrupsi teknologi industri terhadap bursa kerja bisa diantisipasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan mampu bekerja dengan teknologi maju.
Oleh karena itu, menurut dia, masyarakat Indonesia tidak perlu takut perkembangan dan kemajuan teknologi industri akan menggerus bursa kerja.
"Banyak negara maju industrinya menggunakan teknologi maju juga tetap memiliki tenaga kerja. Kalau negara lain saja bisa, mengapa Indonesia tidak?" kata Rieke sesuai Rapat Paripurna Bersama DPR dan DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Rieke mengemukakan bahwa penggunaan teknologi maju dalam industri bukan tidak akan sepenuhnya menggantikan tenaga manusia, karena pengoperasian teknologi tetap akan membutuhkan peran manusia.
"Teknologi adalah hasil inovasi manusia. Tentu tetap perlu manusia di balik teknologi," katanya.
Dia mengatakan bahwa tenaga kerja yang sekarang sudah bekerja di sektor industri harus dipersiapkan untuk menggunakan teknologi yang lebih maju.
"Karena itu, Indonesia harus bergerak cepat untuk mengembangkan, mengkaji, dan menerapkan riset dan teknologi," ia menambahkan.
Dalam pidatonya pada sidang tahunan MPR, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh lembaga negara membangun sinergi guna mendukung upaya mewujudkan lompatan-lompatan kemajuan, termasuk dalam pengurangan kemiskinan dan ketimpangan serta pembukaan lapangan kerja.
Saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang bersama DPR dan DPD, Presiden Jokowi mengatakan pekerjaan administrasi yang bisa dilakukan oleh komputer dan teknologi kecerdasan buatan harus mulai dilepas.
Baca juga:
Rhenald Kasali: Perubahan teknologi pengaruhi kegiatan ekonomi
Disrupsi teknologi tantangan sekaligus peluang
Oleh karena itu, menurut dia, masyarakat Indonesia tidak perlu takut perkembangan dan kemajuan teknologi industri akan menggerus bursa kerja.
"Banyak negara maju industrinya menggunakan teknologi maju juga tetap memiliki tenaga kerja. Kalau negara lain saja bisa, mengapa Indonesia tidak?" kata Rieke sesuai Rapat Paripurna Bersama DPR dan DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Rieke mengemukakan bahwa penggunaan teknologi maju dalam industri bukan tidak akan sepenuhnya menggantikan tenaga manusia, karena pengoperasian teknologi tetap akan membutuhkan peran manusia.
"Teknologi adalah hasil inovasi manusia. Tentu tetap perlu manusia di balik teknologi," katanya.
Dia mengatakan bahwa tenaga kerja yang sekarang sudah bekerja di sektor industri harus dipersiapkan untuk menggunakan teknologi yang lebih maju.
"Karena itu, Indonesia harus bergerak cepat untuk mengembangkan, mengkaji, dan menerapkan riset dan teknologi," ia menambahkan.
Dalam pidatonya pada sidang tahunan MPR, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh lembaga negara membangun sinergi guna mendukung upaya mewujudkan lompatan-lompatan kemajuan, termasuk dalam pengurangan kemiskinan dan ketimpangan serta pembukaan lapangan kerja.
Saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang bersama DPR dan DPD, Presiden Jokowi mengatakan pekerjaan administrasi yang bisa dilakukan oleh komputer dan teknologi kecerdasan buatan harus mulai dilepas.
Baca juga:
Rhenald Kasali: Perubahan teknologi pengaruhi kegiatan ekonomi
Disrupsi teknologi tantangan sekaligus peluang
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: