Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, cenderung stabil karena pelaku pasar hati-hati bermain di pasar menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, meski harga minyak mentah dunia melonjak di atas 120 dolar AS per barel. BI akan menggelar RDG pada tengah hari untuk menentukan suku bunga acuannya, BI Rate. "Stabilnya rupiah terhadap dolar AS, karena mata uang Indonesia mendapat dukungan dengan melemahnya dolar AS di pasar regional dan masuknya investor asing dari kawasan Timur Tengah, namun tertahan oleh gejolak harga minyak dunia yang meningkat," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah mencapai Rp9.222/9.226 per dolar dibanding hari sebelumnya Rp9.221/9.236 atau turun satu poin. Menurut dia, rupiah hari ini seharusnya bisa bergerak naik melihat sentimen positif cukup tinggi, namun tekanan negatif yang berasal dari eksternal menahan gejolak kenaikan itu. "Kami memperkirakan rupiah masih berpeluang untuk menguat pada sore nanti," ujarnya. Rupiah, lanjut dia, juga masih mendapat dukungan positif dari inflasi April yang hanya berkisar 0,59 persen naik tajam dibanding bulan sebelumnya yang hanya mencapai 0,95 persen. Namun kalau dilihat laju inflasi dari tahun ke tahun, maka inflasi April merosot tajam mencapai 8,96 persen, katanya. Ia mengatakan, tingginya inflasi ini, karena pengaruh krisis keuangan AS yang terjadi pada awal tahun lalu, akibat ekonomi AS melambat yang memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi negara lainnya termasuk kawasan Asia. Namun gejolak harga minyak yang tinggi memberikan dampak positif terhadap ekonomi AS, karena berbagai perusahaan AS yang bergerak di sektor minyak maupun pertambangan cenderung membaik. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi AS tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya, katanya. Karena itu, lanjut dia, rupiah juga diperkirakan akan makin membaiknya dengan aktifnya investor asing terutama dari Amerika yang masih tetap melakukan investasi di dalam negeri. Apalagi Indonesia dinilai merupakan pasar potensial untuk digarap yang didukung pula oleh tingginya selisih bunga rupiah terhadap dolar AS, ucapnya. Sementara itu dolar AS terhadap euro melemah, yang memicu harga minyak mentah dunia menguat, kata Edwin Sinaga. Dolar AS terhadap euro melemah jadi 1,5500, dolar AS terhadap yen menjadi 104,90 dari sebelumnya 105,60 yen. (*)