Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengaku sedang menyelidiki penyebab kenaikan secara signifikan impor barang konsumsi dari China yang menjadi faktor dominan defisit neraca perdagangan sebesar 1,8 miliar dolar AS antara Indonesia dengan negara Tirai Bambu itu pada Juli 2019.

"Kami harus lihat detail dulu penyebabnya, termasuk barang konsumsi yang menyebabkan," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI Indrasari Wisnu Wardhana di Jakarta, Kamis.

Badan Pusat Statistik mengumumkan total impor konsumsi pada Juli 2019 melonjak hingga 42,15 persen dibanding Juni 2019 atau menjadi 1,46 miliar dolar AS. Menurut BPS, penyebab kenaikan impor konsumsi adalah bawang putih dari China, Mesin Pendingin Udara (Air Conditioner) dari China, dan impor buah pir dari China.

Misalnya untuk bawang putih, BPS mencatat total impor dari China per Juli mencapai 86,1 juta dolar AS dengan volume 71.693 ton atau meningkat 52,6 persen dibandingkan Juni 2019. Adapun secara kumulatif, sepanjang Januari-Juli 2019, impor bawang putih yang masuk sudah mencapai 214,67 juta ton.

Indrasari masih enggan berkomentar banyak mengenai meningkatnya impor konsumsi dari China ini. Dia mengatakan tim dari Kemendag akan menyelidikinya.

"Tidak mungkin melonjaknya tiba-tiba. Mungkin itu permintaan yang baru direalisasikan bulan ini," ujar dia.

Indrasari menampik meningkatnya impor barang konsumsi China karena pelemahan mata uang Yuan China sehingga meningkatkan daya saing produk impor negara raksasa ekonomi kedua terbesar di dunia itu.

"Harus diperiksa dulu. Tidak boleh gegabah bilang barang China lebih murah. Kita kan semuanya beli dengan dolar AS, bukan dengan Yuan," ujar dia.

Dengan impor barang konsumsi itu, total secara keseluruhan neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan China defisit 1,5 miliar dolar AS atau 57,68 persen dari total impor barang non migas selama Juli 2019.

Secara kumulatif tahun berjalan, Indonesia mengalami defisit perdagangan nonmigas dengan China mencapai 11,05 miliar dolar AS sejak Januari hingga Juli 2019. Angka defisit melonjak dari periode yang sama di 2018 hanya 10,33 miliar dolar AS.

Baca juga: Rizal Ramli: pengetatan impor harusnya sentuh importir besar

Baca juga: Besok pagi, keluar aturan batasi impor 900 barang konsumsi