Khartoum, 4/2 (ANTARA News) - Jurnalis Al Jazeera, Sami al-Haj, pulang ke Sudan pada hari Jumat setelah lebih dari enam tahun ditahan di penjara Guantanamo Bay milik militer AS di Kuba. Haj mengatakan dirinya dan para tahanan lain mengalami berbagai penyiksaan, tapi yang terburuk adalah ketika para penjaga menghina Islam atau menodai Al Quran di depan para tahanan. "Keamanan dan HAM adalah masalah yang tidak terpisahkan -- kita tidak bisa hanya punya salah satu," katanya kepada Reuters. "HAM tidak hanya untuk masa damai -- kita harus selalu berpegang kepada HAM bahkan di saat sulit dan di masa perang," katanya. "Pesan terakhirku kepada pemerintah AS adalah, penyiksaan tidak akan menghentikan terorisme -- penyiksaan adalah terorisme." Haj tampak lemah, tapi tampil lebih kuat dibanding 12 jam sebelumnya, saat keluar dalam keadaan diborgol dari satu pesawat militer AS. Saat ditahan di Guantanamo, dirinya selama 16 bulan mogok makan untuk memprotes penahanannya yang tidak sah. Ketika terbaring di ranjang di rumah sakit, dia hampir tidak kuat untuk menyambut presiden Omar Hassan al-Bashir dan puluhan pejabat serta orang-orang yang ingin mengucapkan selamat atas kepulangannya. Saudaranya, Asim, pingsan kelelahan saat -Haj tiba. Asim telah bertahun-tahun mengkampanyekan pembebasan al-Haj. Haj bersua dengan anaknya , Mohamed (8), setelah terakhir kali melihatnya saat berusia setahun. Jurukamera itu ditangkap di sekitar perbatasan Afghanistan pada tahun 2001 dan kemudian dibawa ke penjara militer AS di Kuba tersebut. Ibunya secara teratur mengirim foto Mohamed...tapi meski saya tidak pernah dikirimi foto, saya akan bisa mengenali dia di antara ribuan anak-anak lain," katanya. Haj masih harus menjalani berbagai tes hingga beberapa hari ke depan karena mogok makan dan pemaksaan makan dua kali sehari membuatnya lemah dan menderita berbagai penyakit ringan.(*)