TNC gelar pertemuan selamatkan kelangsungan ikan kakap dan kerapu
14 Agustus 2019 19:57 WIB
Pertemuan yang difasilitasi The Nature Conservancy (TNC) dengan 12 perusahaan perikanan nasional dan internasional yang tergabung dalam Fish Improvement Program (FIP) sebagai upaya menyelamatkan kelangsungan ikan kakap dan kerapu diperairan Indonesia. (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)
Jakarta (ANTARA) - The Nature Conservancy (TNC) menggelar pertemuan dengan 12 perusahaan perikanan nasional dan internasional yang tergabung dalam Fish Improvement Program (FIP) sebagai upaya menyelamatkan kelangsungan ikan kakap dan kerapu di perairan Indonesia.
Salah satu agenda penting dalam pertemuan tersebut mencapai kesepakatan untuk mengurangi jumlah ikan kakap dan kerapu yang dipanen saat berumur pre-produktif.
"Bekerja sama dengan jaringan logistik seafood dan industri yang terlibat, kita dapat mengembangkan manajemen kuat dan menjaga industri yang berkelanjutan bagi para nelayan yang mengandalkan industri perikanan tersebut," kata Direktur Program Perikanan TNC Peter Mous dalam pertemuan tersebut di Jakarta, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut sebanyak 12 perusahaan perikanan menunjukkan komitmen dengan bergabung dengan proyek peningkatan perikanan untuk kakap dan kerapu TNC.
Peter mengatakan pertemuan itu sebagai upaya menyelamatkan bisnis sebesar 1 juta dolar AS perikanan laut-dalam kakap dan kerapu Indonesia, sebuah koalisi yang terdiri dari perusahaan domestik dan internasional bergabung dengan TNC untuk menjaga kelangsungan sebuah industri dengan lebih dari 100 ribu tenaga kerja dan menghidupi jutaan orang di seluruh dunia.
Indonesia merupakan salah satu produsen kakap dan kerapu terbesar di dunia dengan produksi tahunan 85 ribu ton yang menyuplai pasar di seluruh dunia.
Namun, perikanan di Indonesia terancam dengan kurangnya transparansi dan tekanan oleh permintaan pasar terhadap ikan utuh dan filet berukuran panci yang membuat banyak perikanan untuk menangkap ikan kecil yang belum mencapai umur produktif, ungkap Peter.
Observasi pemerintah mengindikasikan perikanan yang luas ini, terdiri dari 100 spesies kakap, kerapu, dan ikan lencam (emperor) sedang dalam masalah: sebagian besar jumlah ikan yang ada telah ditangkap sampai kurang dari 20 persen tingkat populasi normal mereka.
Melihat hal tersebut, menurut dia, dengan tidak menangkap ikan yang terlalu muda dan mengubah sistem insentif terhadap apa yang akan ditangkap perikanan, industri ini dapat mencapai populasi kakap dan kerapu yang lebih ideal untuk Indonesia.
Perusahaan yang telah menyetujui Fish Improvement Program (FIP) ini adalah Anova Food, LLC, PT. Bahari Biru Nusantara, CV. Bali Sustainable Seafood, Beaver Street Fisheries, Inc, PT. Graha Insan Sejahtera, PT. Kharisma Bintang Terang, PT. Kelola Laut Nusantara, LP Foods Pte Ltd., Netuno USA Inc., Norpac Fisheries Export LLC, PT. Solusi Laut Lestari, dan PT. Sukses Hasil Alam Nusaindo
“Nelayan tradisional merupakan tulang punggung perikanan ini. Sekitar 70 persen dari nelayan Indonesia bergantung pada mata pencaharian ini untuk menghidupi mereka.” kata Peter.
Dalam pertemuan ini, para anggota mendiskusikan komitmen mereka untuk tidak hanya menghindari pembelian ikan muda, namun juga membahas rencana jangka panjang untuk memonitor hasil tangkapan dan membentuk sebuah sistem persyaratan yang tangguh untuk memosisikan perikanan yang memenuhi syarat keberlanjutan secara formal, seperti sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC).
“Berkembangnya keanggotaan ini merupakan langkah maju yang penting untuk mencapai keberlanjutan di Indonesia dan kita berharap bahwa lebih banyak perusahaan untuk bergabung dalam program ini untuk menjamin masa depan industri perikanan kakap dan kerapu,” Direktur Eksekutif TNC Indonesia, Rizal Algamar.
Saat ini, ada sekitar 80 proyek FIP di seluruh perairan dunia, dari ikan tuna di Laut India sampai lobster di pesisir pantai Nikaragua di Carribean. FIP dinilai secara periodik berdasarkan perkembangan mereka.
Penilaian yang dihasilkan mulai dari “Sangat Berkembang / Advanced” (A) hingga “Tidak Terlihat / Inegligible” (E). Kinerja FIP di Indonesia dapat dipantau melalui fisheryprogress.org.
FIP yang baru dan yang dipandu oleh TNC dan para anggota merupakan bagian dari proyek yang dibiayai oleh berbagai institusi seperti USAID/Indonesia, Walton Family Foundation, dan Packard Foundation, untuk mendukung usaha untuk mencapai industri perikanan yang berkelanjutan.
Proyek ini diimplementasikan dengan sebuah MoU bersama dengan Menteri Perikanan Indonesia dan kerja sama proyek dengan berbagai agensi di tingkat nasional dan provinsi untuk membentuk rencana manajemen dan strategi panen, jelas Rizal.
Baca juga: Kerapu: Kebijakan perikanan utamakan pembangunan berkelanjutan
Baca juga: KKP-Asosiasi Perikanan promosikan industri tuna berkelanjutan
Baca juga: Bappenas susun "roadmap" pembangunan kelautan berkelanjutan
Salah satu agenda penting dalam pertemuan tersebut mencapai kesepakatan untuk mengurangi jumlah ikan kakap dan kerapu yang dipanen saat berumur pre-produktif.
"Bekerja sama dengan jaringan logistik seafood dan industri yang terlibat, kita dapat mengembangkan manajemen kuat dan menjaga industri yang berkelanjutan bagi para nelayan yang mengandalkan industri perikanan tersebut," kata Direktur Program Perikanan TNC Peter Mous dalam pertemuan tersebut di Jakarta, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut sebanyak 12 perusahaan perikanan menunjukkan komitmen dengan bergabung dengan proyek peningkatan perikanan untuk kakap dan kerapu TNC.
Peter mengatakan pertemuan itu sebagai upaya menyelamatkan bisnis sebesar 1 juta dolar AS perikanan laut-dalam kakap dan kerapu Indonesia, sebuah koalisi yang terdiri dari perusahaan domestik dan internasional bergabung dengan TNC untuk menjaga kelangsungan sebuah industri dengan lebih dari 100 ribu tenaga kerja dan menghidupi jutaan orang di seluruh dunia.
Indonesia merupakan salah satu produsen kakap dan kerapu terbesar di dunia dengan produksi tahunan 85 ribu ton yang menyuplai pasar di seluruh dunia.
Namun, perikanan di Indonesia terancam dengan kurangnya transparansi dan tekanan oleh permintaan pasar terhadap ikan utuh dan filet berukuran panci yang membuat banyak perikanan untuk menangkap ikan kecil yang belum mencapai umur produktif, ungkap Peter.
Observasi pemerintah mengindikasikan perikanan yang luas ini, terdiri dari 100 spesies kakap, kerapu, dan ikan lencam (emperor) sedang dalam masalah: sebagian besar jumlah ikan yang ada telah ditangkap sampai kurang dari 20 persen tingkat populasi normal mereka.
Melihat hal tersebut, menurut dia, dengan tidak menangkap ikan yang terlalu muda dan mengubah sistem insentif terhadap apa yang akan ditangkap perikanan, industri ini dapat mencapai populasi kakap dan kerapu yang lebih ideal untuk Indonesia.
Perusahaan yang telah menyetujui Fish Improvement Program (FIP) ini adalah Anova Food, LLC, PT. Bahari Biru Nusantara, CV. Bali Sustainable Seafood, Beaver Street Fisheries, Inc, PT. Graha Insan Sejahtera, PT. Kharisma Bintang Terang, PT. Kelola Laut Nusantara, LP Foods Pte Ltd., Netuno USA Inc., Norpac Fisheries Export LLC, PT. Solusi Laut Lestari, dan PT. Sukses Hasil Alam Nusaindo
“Nelayan tradisional merupakan tulang punggung perikanan ini. Sekitar 70 persen dari nelayan Indonesia bergantung pada mata pencaharian ini untuk menghidupi mereka.” kata Peter.
Dalam pertemuan ini, para anggota mendiskusikan komitmen mereka untuk tidak hanya menghindari pembelian ikan muda, namun juga membahas rencana jangka panjang untuk memonitor hasil tangkapan dan membentuk sebuah sistem persyaratan yang tangguh untuk memosisikan perikanan yang memenuhi syarat keberlanjutan secara formal, seperti sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC).
“Berkembangnya keanggotaan ini merupakan langkah maju yang penting untuk mencapai keberlanjutan di Indonesia dan kita berharap bahwa lebih banyak perusahaan untuk bergabung dalam program ini untuk menjamin masa depan industri perikanan kakap dan kerapu,” Direktur Eksekutif TNC Indonesia, Rizal Algamar.
Saat ini, ada sekitar 80 proyek FIP di seluruh perairan dunia, dari ikan tuna di Laut India sampai lobster di pesisir pantai Nikaragua di Carribean. FIP dinilai secara periodik berdasarkan perkembangan mereka.
Penilaian yang dihasilkan mulai dari “Sangat Berkembang / Advanced” (A) hingga “Tidak Terlihat / Inegligible” (E). Kinerja FIP di Indonesia dapat dipantau melalui fisheryprogress.org.
FIP yang baru dan yang dipandu oleh TNC dan para anggota merupakan bagian dari proyek yang dibiayai oleh berbagai institusi seperti USAID/Indonesia, Walton Family Foundation, dan Packard Foundation, untuk mendukung usaha untuk mencapai industri perikanan yang berkelanjutan.
Proyek ini diimplementasikan dengan sebuah MoU bersama dengan Menteri Perikanan Indonesia dan kerja sama proyek dengan berbagai agensi di tingkat nasional dan provinsi untuk membentuk rencana manajemen dan strategi panen, jelas Rizal.
Baca juga: Kerapu: Kebijakan perikanan utamakan pembangunan berkelanjutan
Baca juga: KKP-Asosiasi Perikanan promosikan industri tuna berkelanjutan
Baca juga: Bappenas susun "roadmap" pembangunan kelautan berkelanjutan
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: