Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands Wendy Kusumowidagdo mengatakan perlu adanya aksi nyata agar penyandang disabilitas bisa setara dengan yang lainnya.

"Harus ada aksi nyata untuk membantu saudara kita yang disabilitas, agar bisa berjalan beriringan dengan setara bersama seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan Indonesia yang maju," ujar Wendy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Dia menambahkan anak-anak penyandang disabilitas harus diberikan keterampilan agar memiliki kesempatan yang setara dengan anak-anak bangsa lainnya.

Saat ini, penyandang disabilitas masih mendapat berbagai stigma bahkan terkadang berujung pada semakin terbatasnya ruang gerak mereka di tengah masyarakat.

Di Indonesia sendiri penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan pekerjaan formal. Hanya sekitar 1,2 persen penyandang disabilitas yang berhasil ditempatkan dalam sektor tenaga kerja formal.

“Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama. Oleh karena itu Yayasan Helping Hands berupaya untuk menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan nondisabilitas. Dengan orang lebih mengenal seseorang yang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan, kami berharap ia akan lebih mau berupaya memberi dampak bagi komunitas difabel," ujar salah satu pendiri Yayasan Helping Hands, Willy Suwandi Dharma.

Untuk membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, pihaknya menggunakan metodologi program berbasis empat elemen yakni edukatif, inklusif, partisipatif dan eksperensial. Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam tiga pilar yakni pendidikan alam, pendidikan olahraga, dan pengalaman profesional.

Program tersebut kemudian dijalankan oleh para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.

“Kami berupaya untuk selalu menyatukan anak-anak muda penyandang disabilitas dengan nondisabilitas. Kami berupaya menyatukan anak muda disabilitas dengan nondisabilitas ke dalam berbagai pelatihan nonformal. Kami percaya, melalui pelatihan bersama itu para penyandang disabilitas dan nondisabilitas akan berinteraksi sekaligus meresapi nilai-nilai seperti toleransi, empati, kepemimpinan dan kerja sama yang akan membuka ruang kebersamaan yang lebih luas lagi ke depannya,” jelas Wendy.

Untuk pengamalan profesional, pihaknya membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja profesional.

Baca juga: Hetifah: Negara wajib lindungi kaum disabilitas
Baca juga: Ganjil-genap di Jakarta tidak berlaku bagi penyandang disabilitas
Baca juga: Bus ramah disabilitas akan hadir di Bandung