Kemenko Kemaritiman sebut RI bisa jadi produsen utama baterai lithium
14 Agustus 2019 18:04 WIB
Penasihat Khusus Menteri Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kemenko Bidang Maritim, Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam seminar Indonesianisme Summit bertema "Kendaraan Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Rabu (14/8/2019). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Jakarta (ANTARA) - Penasihat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kemenko Bidang Maritim, Satryo Soemantri Brodjonegoro menilai bahwa Indonesia bisa menjadi pemain atau produsen utama baterai lithium untuk kendaraan listrik di dunia.
"Nyawa kendaraan listrik adalah teknologi baterai. Dan Indonesia bisa menjadi pemain utama baterai lithium karena kita memiliki bahan baku utamanya," ujar Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam seminar Indonesianisme Summit bertema "Kendaraan Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan lithium adalah unsur logam yang selalu ada dalam baterai. Beberapa lokasi potensial di Indonesia yang terdapat material lithium di daerah Sumatera. Namun, itu memang masih perlu dilakukan survei lebih rinci.
Baca juga: Tesla ikut bangun pabrik baterai lithium di Morowali
Ia menambahkan logam lain yang sangat penting adalah nikel dan kobalt, sementara mangan dapat menggantikan nikel.
Indonesia, lanjut dia, saat ini hanya memasok bahan baku nikel dan kobalt untuk industri negara Iain dalam bentuk bijih dan "nickel matte".
"Pemerintah diharapkan menghentikan ekspor bijih nikel, dan mengembangkan baterei menggunakan nikel dan kobalt yang tersedia. sebesar 48-60 persen komponen baterei kendaraan listrik merupakan logam nikel," katanya.
Baca juga: Panasonic ekspansi pabrik baterai koin lithium
Dengan demikian, ia menambahkan nikel Indonesia menjadi komoditi yang sangat strategis untuk dikembangkan.
Dalam kesempatan itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro juga mengatakan, dengan Indonesia mengembangkan teknologi baterai kendaraan listrik maka harga jual bisa lebih ditekan mengingat komponen baterai menyumbang sebesar 25-40 persen dari biaya total kendaraan listrik.
Baca juga: Telah lahir: lithium "made in" Indonesia
"Pola pikir kita harus berubah, sumber daya banyak di Indonesia. Banyak, tetapi harus diolah dulu," katanya.
Kendati demikian, Satryo mengatakan pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik di Indonesia terbuka ruang terjadi kegagalan, diharapkan tidak akan berujung pada pemidanaan.
"Jangan nanti penelitinya kalau gagal dipidana, gagal pasti, tidak mungkin langsung mulus karena kita bikin sesuatu yang baru di mana kemungkinan gagal pasti ada," ucapnya.
Baca juga: Panasonic Perluas Pabrik Baterai di Indonesia
"Nyawa kendaraan listrik adalah teknologi baterai. Dan Indonesia bisa menjadi pemain utama baterai lithium karena kita memiliki bahan baku utamanya," ujar Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam seminar Indonesianisme Summit bertema "Kendaraan Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan lithium adalah unsur logam yang selalu ada dalam baterai. Beberapa lokasi potensial di Indonesia yang terdapat material lithium di daerah Sumatera. Namun, itu memang masih perlu dilakukan survei lebih rinci.
Baca juga: Tesla ikut bangun pabrik baterai lithium di Morowali
Ia menambahkan logam lain yang sangat penting adalah nikel dan kobalt, sementara mangan dapat menggantikan nikel.
Indonesia, lanjut dia, saat ini hanya memasok bahan baku nikel dan kobalt untuk industri negara Iain dalam bentuk bijih dan "nickel matte".
"Pemerintah diharapkan menghentikan ekspor bijih nikel, dan mengembangkan baterei menggunakan nikel dan kobalt yang tersedia. sebesar 48-60 persen komponen baterei kendaraan listrik merupakan logam nikel," katanya.
Baca juga: Panasonic ekspansi pabrik baterai koin lithium
Dengan demikian, ia menambahkan nikel Indonesia menjadi komoditi yang sangat strategis untuk dikembangkan.
Dalam kesempatan itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro juga mengatakan, dengan Indonesia mengembangkan teknologi baterai kendaraan listrik maka harga jual bisa lebih ditekan mengingat komponen baterai menyumbang sebesar 25-40 persen dari biaya total kendaraan listrik.
Baca juga: Telah lahir: lithium "made in" Indonesia
"Pola pikir kita harus berubah, sumber daya banyak di Indonesia. Banyak, tetapi harus diolah dulu," katanya.
Kendati demikian, Satryo mengatakan pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik di Indonesia terbuka ruang terjadi kegagalan, diharapkan tidak akan berujung pada pemidanaan.
"Jangan nanti penelitinya kalau gagal dipidana, gagal pasti, tidak mungkin langsung mulus karena kita bikin sesuatu yang baru di mana kemungkinan gagal pasti ada," ucapnya.
Baca juga: Panasonic Perluas Pabrik Baterai di Indonesia
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019
Tags: