BPBD upayakan pengetahuan mitigasi bencana masuk kurikulum sekolah
14 Agustus 2019 15:24 WIB
Seorang guru menunjukkan Buku Panduan dan Bahan Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Berbasis Kearifan Lokal Terintegrasi dengan Kurikulum 2013 yang diluncurkan di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/7/2019). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/wsj. (ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI)
Ternate (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Utara akan mengupayakan pengetahuan mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah di seluruh kabupaten/kota di Malut, terutama di tingkat Sekolah Dasar (SD).
"Pengetahuan mitigasi bencana perlu masuk kurikulum sekolah, karena wilayah Malut memiliki indeks kerawanan bencana yang cukup tinggi, terutama bencana gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung api," kata Sekretaris BPBD Malut Ali Yau di Ternate, Rabu.
Bahkan khusus untuk bencana bumi, wilayah Malut, tepatnya di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan baru saja dilanda gempa itu yang mengakibatkan sedikitnya 14 warga meninggal dunia dan merusak lebih dari 2.000 rumah warga.
Menurut dia, kalau pengetahuan mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah otomatis siswa bisa melakukan tindakan yang tepat jika terjadi bencana sehingga mereka bisa terhindar dari dampak bencana itu.
Misalnya saat siswa tengah mengikuti proses belajar di sekolah tiba-tiba terjadi gempa dengan berkekuatan besar, mereka tanpa dikomando akan langsung berlarian keluar ruangan kelas atau berlindung di bawah kolong meja, seperti yang diajarkan dalam kurikulum mengenai mitigasi bencana.
Upaya BPBD Malut memasukkan pengetahuan mitigasi bencana dalam kurikulum sekolah mendapat dukungan dari arsitek konstruksi rumah tahan gempa Universitas Khairun Ternate Mustamin Rahim, karena siswa merupakan kelompok yang sangat rawan terkena dampak saat terjadi bencana, terutama gempa.
Di Jepang yang juga rawan mengalami gempa dan tsunami, pengetahuan mitigasi bencana menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, bahkan ditingkat taman kanak-kanak pun sudah diajarkan pengetahuan itu.
Menurut dia, hal lain yang harus menjadi perhatian untuk menghindarkan siswa dari dampak dari bencana, terutama bencana gempa adalah menerapkan konsep mitigasi bencana dalam pembangunan gedung sekolah, karena konsep itu selama ini terlihat diabaikan.
Sekolah yang dibangun dengan konsep mitigasi bencana, terutama dari segi konstruksi dan penggunaan bahan jika terjadi gempa tidak akan sampai menimbulkan korban kepada siswa, misalnya tertimpa plafon atau dinding gedung sekolah yang ambruk.
Baca juga: Pakar: Peluit bisa jadi alat pemanggil pertolongan saat bencana
Baca juga: Bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami diuji coba di PAUD
"Pengetahuan mitigasi bencana perlu masuk kurikulum sekolah, karena wilayah Malut memiliki indeks kerawanan bencana yang cukup tinggi, terutama bencana gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung api," kata Sekretaris BPBD Malut Ali Yau di Ternate, Rabu.
Bahkan khusus untuk bencana bumi, wilayah Malut, tepatnya di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan baru saja dilanda gempa itu yang mengakibatkan sedikitnya 14 warga meninggal dunia dan merusak lebih dari 2.000 rumah warga.
Menurut dia, kalau pengetahuan mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah otomatis siswa bisa melakukan tindakan yang tepat jika terjadi bencana sehingga mereka bisa terhindar dari dampak bencana itu.
Misalnya saat siswa tengah mengikuti proses belajar di sekolah tiba-tiba terjadi gempa dengan berkekuatan besar, mereka tanpa dikomando akan langsung berlarian keluar ruangan kelas atau berlindung di bawah kolong meja, seperti yang diajarkan dalam kurikulum mengenai mitigasi bencana.
Upaya BPBD Malut memasukkan pengetahuan mitigasi bencana dalam kurikulum sekolah mendapat dukungan dari arsitek konstruksi rumah tahan gempa Universitas Khairun Ternate Mustamin Rahim, karena siswa merupakan kelompok yang sangat rawan terkena dampak saat terjadi bencana, terutama gempa.
Di Jepang yang juga rawan mengalami gempa dan tsunami, pengetahuan mitigasi bencana menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, bahkan ditingkat taman kanak-kanak pun sudah diajarkan pengetahuan itu.
Menurut dia, hal lain yang harus menjadi perhatian untuk menghindarkan siswa dari dampak dari bencana, terutama bencana gempa adalah menerapkan konsep mitigasi bencana dalam pembangunan gedung sekolah, karena konsep itu selama ini terlihat diabaikan.
Sekolah yang dibangun dengan konsep mitigasi bencana, terutama dari segi konstruksi dan penggunaan bahan jika terjadi gempa tidak akan sampai menimbulkan korban kepada siswa, misalnya tertimpa plafon atau dinding gedung sekolah yang ambruk.
Baca juga: Pakar: Peluit bisa jadi alat pemanggil pertolongan saat bencana
Baca juga: Bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami diuji coba di PAUD
Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: