Jawa Barat gelar wisata sejarah jalur kereta api, khusus turis asing
14 Agustus 2019 14:04 WIB
Penumpang berada di dalam rangkaian baru kereta api Argo Parahyangan di stasiun Bandung, Jawa Barat. PT KAI menambah perjalanan KA Argo Parahyangan dengan rangkaian baru tujuan Jakarta-Bandung (PP) sebanyak 22 perjalanan dengan kapasitas penumpang 400 tempat duduk per rangkaian. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/am.
Bandung (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat (Jabar) saat ini sedang menggagas wisata jalur kereta api untuk turis asing sebagai salah satu upaya untuk menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar Dedi Taufik, di Bandung, Rabu, mengatakan wisata jalur kereta api untuk turis asing tersebut dikemas dalam kegiatan Smiling West Java Historical Railway Tour yang akan dilaksanakan pada 21-22 Agustus 2019.
"Disparbud Jabar ingin mempopulerkan wisata baru. Kegiatan ini juga merupakan rangkaian peringatan HUT ke-74 tahun Provinsi Jabar," kata dia.
Disparbud Jabar, kata dia, akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut sehingga ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Ke depannya tentu kami siap buka untuk umum. Karena kami mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," kata dia.
Menurut Dedi, wisata kereta api untuk turis asing ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah khususnya di bidang perkeretaapian, terlebih perkembangan kereta api di Indonesia tak lepas dari kolonialisme.
Dia mengatakan pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur dan mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda dan hingga saat ini stasiun peninggalan pemerintahan Belanda masih berfungsi.
"Jadi kami ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi saja tapi juga destinasi wisata ke depannya," ujar dia.
Acara Smilling West Java Historical Railway Tour menjadi cara menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian.
"Khusus jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,” katanya. Sebagai contohnya, kata Dedi, gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor.
Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk Jenderal Belanda.
"Mayoritas kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido, perbatasan Bogor-Sukabumi dan Cisaat terdapat kuburan tentara bekas Nazi," tuturnya.
Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan dan di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.
"Adapun tujuan akhir tur ini ialah kami ingin mengungkap bahwa keret api yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini wisatawan mancanegara masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan China. Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang.
Menurut dia, jumlah tersebut meningkat meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Selain itu, jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar Dedi Taufik, di Bandung, Rabu, mengatakan wisata jalur kereta api untuk turis asing tersebut dikemas dalam kegiatan Smiling West Java Historical Railway Tour yang akan dilaksanakan pada 21-22 Agustus 2019.
"Disparbud Jabar ingin mempopulerkan wisata baru. Kegiatan ini juga merupakan rangkaian peringatan HUT ke-74 tahun Provinsi Jabar," kata dia.
Disparbud Jabar, kata dia, akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut sehingga ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Ke depannya tentu kami siap buka untuk umum. Karena kami mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," kata dia.
Menurut Dedi, wisata kereta api untuk turis asing ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah khususnya di bidang perkeretaapian, terlebih perkembangan kereta api di Indonesia tak lepas dari kolonialisme.
Dia mengatakan pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur dan mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda dan hingga saat ini stasiun peninggalan pemerintahan Belanda masih berfungsi.
"Jadi kami ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi saja tapi juga destinasi wisata ke depannya," ujar dia.
Acara Smilling West Java Historical Railway Tour menjadi cara menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian.
"Khusus jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,” katanya. Sebagai contohnya, kata Dedi, gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor.
Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk Jenderal Belanda.
"Mayoritas kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido, perbatasan Bogor-Sukabumi dan Cisaat terdapat kuburan tentara bekas Nazi," tuturnya.
Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan dan di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.
"Adapun tujuan akhir tur ini ialah kami ingin mengungkap bahwa keret api yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini wisatawan mancanegara masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan China. Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang.
Menurut dia, jumlah tersebut meningkat meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Selain itu, jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: