Palembang (ANTARA) - Satuan Tugas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Sumatera Selatan membutuhkan tambahan armada udara untuk memaksimalkan operasi penanggulangan karhutla pada puncak musim kemarau Agustus 2019 ini.

"Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah kabupaten akhir-akhir ini memerlukan penanganan secara maksimal agar tidak semakin meluas dan menimbulkan bencana kabut asap," kata Komandan Satgas Karhutla Sumsel, Kol Arh Sonny Septiono di Palembang, Rabu.

Satgas berupaya menambah armada udara yang memiliki kemampuan melakukan pengeboman air atau "waterboombing" dan hujan buatan karena kawasan hutan dan lahan yang terbakar lokasinya sulit dijangkau oleh tim operasi darat.

"Penambahan armada udara untuk mendukung operasi pemadaman kebakaran lahan diupayakan dengan meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)," ujarnya.

Dia menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki lima helikopter untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan terutama pada lahan gambut di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir yang hingga kini memiliki titik kebakaran terbanyak di Sumsel.

Berdasarkan data, hingga saat ini luas kawasan hutan dan lahan gambut yang terbakar mencapai 572 hektare tersebar di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Pali, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.

Untuk mendukung kegiatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di daerah ini, paling tidak dibutuhkan tambahan tiga helikopter jenis MI 171 yang mampu mengangkut peralatan pengebom air berkapasitas 3,8 ton.

Selain helikopter, pihaknya juga membutuhkan pesawat Cassa untuk melakukan hujan buatan (teknologi modifikasi cuaca/TMC),

"Kegiatan operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan saat ini gencar dilakukan sehingga kabut asap yang mulai muncul tidak mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat," kata Dansatgas.