Wonosobo (ANTARA) - Bahan bakar bio-solar B30 telah lolos uji ketahanan suhu dingin sekitar 15 derajat Celcius di dataran tinggi Dieng Wonosobo, Jawa Tengah, pada Rabu, yang digelar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

"Hasil uji presipitasi menunjukkan B30 cenderung mempunyai presipitat lebih tinggi dibanding B0. Hasil uji start-ability menunjukkan mobil dapat dinyalakan secara normal. Itu membuktikan B30 mengalir dengan baik di dalam mesin walau telah didiamkan selama 21 hari pada kondisi dingin," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) Dadan Kusdiana di Dieng, Rabu pagi.

Pengujian dalam suhu dingin Dieng itu bertujuan untuk menentukan nilai kandungan monogliserida (MG) yang optimum untuk diimplementasikan sebagai standar mutu bahan bakar dengan komposisi 30 persen bahan nabati dan 70 persen solar itu.

Uji coba bahan bakar solar itu dilakukan dalam tiga mobil Toyota Innova Diesel. Tiga kendaraan diesel itu masing-masing diisi bahan bakar solar murni (B0), B30 dengan kadar monogliserida (MG) sebesar 0,4 (persen-massa), dan B30 dengan kadar monogliserida sebesar 0,55 (persen-massa).

Baca juga: Kementerian ESDM : B20 tingkatkan performa kendaraan

Mesin ketiga kendaraan itu telah dalam kondisi diam selama 21 sebelum diuji nyala pada Rabu.

"Durasi selama 21 hari itu, menurut kami, merupakan waktu yang cukup lama bagi seseorang ketika mematikan mesin kendaraannya. Jika seseorang liburan ke Dieng, dia mematikan kendaraanya paling lama empat hari," kata Dadan.

Dadan melanjutkan, "Cuaca di Dieng kan juga berubah-ubah suhunya, 10 derajat Celcius, bahkan bisa minus. Kendaraan-kendaraan itu sudah melewati suhu (dingin) itu."

Setelah uji coba penyalaan mesin kendaraan yang sudah didiamkan selama 21 hari itu, bahan bakar B30 akan kembali diuji coba ketahanannya pada kondisi mesin berjalan.

Baca juga: Tahapan uji coba bahan bakar B30 berakhir Oktober 2019