Pekanbaru (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) yang melanda Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terus meluas hingga mengarah ke zona inti.
"Tadi kami terbang di atas TNTN cukup parah di buffer (zona penyangga) dan keliatan sudah mulai masuk ke bagian tengah," kata Menteri Siti kepada awak media di Pelalawan, Selasa.
Siti Nurbaya pada hari Selasa ini meninjau langsung kondisi Karhutla di Riau bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo.
Rombongan terbang menggunakan helikopter dari Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Kota Pekanbaru, bergerak ke arah timur, termasuk Pelalawan serta mengitari TNTN yang hingga kini masih babak belur dihajar Karhutla.
Ia mengatakan KLHK fokus menangani masalah di TNTN sejak 2016, terutama terkait okupansi yang dilakukan oleh para pendatang secara ilegal. Hingga kini, dia mengatakan kawasan TNTN telah dizonasi oleh kelompok tertentu.
Bahkan, dia menyebut ada lebih dari 8.000 kepala keluarga telah mendiami TNTN. Pemerintah, katanya, tengah berupaya melakukan penataan, meski pada akhirnya langkah penegakan hukum yang akan menjadi fokus utama penanganan sengkarut di taman nasional itu.
Kepala Balai TNTN, Halasan Tulus, menyatakan kebakaran di kawasan konservasi di Provinsi Riau itu terjadi secara sporadis, terutama di area perluasan yang ada aktivitas manusia.
"Kebakaran sporadis artinya begini, minggu ini terbakar di sini dan sudah kita padamkan, muncul lagi di sebelah sana dan itu di area perluasan taman nasional eks konsesi HPH (hak pengusahaan hutan) yang memang sudah lama ada aktivitas manusia," kata Halasan Tulus kepada ANTARA awal pekan ini.
Kondisi TN Tesso Nilo diakui Halasan memang sangat kering karena kemarau, namun kebakaran sangat kecil kemungkinan terjadi secara alami. Area yang terbakar banyak terjadi di lokasi yang diokupasi oleh masyarakat, seperti di daerah Toro.
"Kebakaran secara alami kecil kemungkinannya. Dugaannya karena puntung rokok maupun karena pembersihan lahan bisa saja," ujarnya.
Ia mengatakan area Tesso Nilo yang terbakar belum sampai ke hutan alamnya, namun memang mendekati area Kamp Tim Flying Squad, yang terdapat delapan ekor gajah jinak binaan WWF-Indonesia bersama balai taman nasional. "Memang mendekati sana, tapi sudah bisa dicegat (api) dan dipadamkan," ujarnya.
Upaya pemadaman dilakukan oleh tim gabungan dikerahkan, terdiri dari Balai TNTN, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA binaan Balai Taman Nasional Tesso Nilo), dan Tim Flying Squad. Pemadaman dilakukan siang dan malam untuk mematikan titik-titik api. Namun hingga informasi ini disampaikan Senin 12 Agustus 2019, titik api belum seluruhnya berhasil dipadamkan.
Sementara itu, Humas WWF-Indonesia Program Riau Syamsidar mengatakan secara kasat mata diprediksi luas kebakaran di TN Tesso Nilo sudah mencapai sekitar 40 hektare, termasuk wilayah yang sudah direstorasi. Ia mengatakan delapan gajah jinak dipindahkan ke lokasi yang jauh dari ancaman karhutla dan asap jerebu, namun masih di dalam taman nasional.
"Api yang menuju arah Kamp Flying Squad siang tadi, sekarang sudah bisa diblokir," katanya.
TN Tesso Nilo adalah kawasan konservasi, yang salah satunya berfungsi sebagai habitat asli satwa endemik gajah sumatera (elephas maximus sumatranus).
Awalnya, luas TN Tesso Nilo adalah 38.576 hektare (ha) berdasarkan surat keputusan menhut No.255/Menhut-II/2004.Kemudian kawasan konservasi itu diperluas menjadi 83.068 ha dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009. Namun, kerusakan yang terjadi di kawasan itu akibat perambahan sudah sangat massif yang mengubah bentang alam hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Baca juga: Menteri LHK soroti kebakaran hutan di Taman Nasional Tesso Nilo
Baca juga: Sempat padam, gambut di TNTN kembali terbakar dan meluas
Menteri LHK : Karhutla bergerak ke zona inti TNTN
13 Agustus 2019 18:41 WIB
FERT RAPP Bantu Pemadaman Karhutla TNTN (Antara)
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: